Mohon tunggu...
M. ERIK IBRAHIM
M. ERIK IBRAHIM Mohon Tunggu... Freelancer - 🐇🦢🌱Berakit Rakit Ke hulu, Berenang renang ketepian, aku bersungguh sungguh untuk kamu, TAPI, kamu malah demikian🌴🌿
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

🐇🦢 Terbentur----TeRBENTUR----TerbENTUR----TERBENTUK🐇🦢

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Dibalik Masker Wajah

25 September 2022   20:16 Diperbarui: 26 September 2022   09:40 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar by Beauty Nesia oleh Ratih Dewi | Seseorang yang sedang mengamati masker wajah miliknya


Tak semua orang, bisa mengenakannya... 

Tak semua orang, bisa bertatap langsung dan bersentuhan dengannya... 

Entah tidak cocok, terbungkam finansial dan lain sebagainya... 

Tapi sebagian yang lain, mungkin urung untuk patah arang,... 


Saat pori pori kulit ini mulai bersenggama dengan jari jemari tangan. Begitu kusam dan tak senada. 

Komedo... Berminyak... Bruntusan...pori pori terbuka...berdebu...

Saat menepi sejenak dibilik bilik kamar, bercermin dengan serpihan serpihan alat perawatan wajah yang mundur teratur.


Eyeliner... 

Eyeshadow... 

Bedak... 

Sisir... 

Pewangi pakaian... 

Pengharum ketiak... 

Pelembut rambut... 


Sejauh mata memandang berjejer rapi...! Bersyukur, meskipun tidak selengkap orang awam pada umumnya. 

Dibalik masker Wajah....! Sejenak menghantui dan bulu kuduk merinding, manakala ada senyawa senyawa berbahaya tersemat didalamnya. 

"Lebih baik mencegah dari pada mengobati".Hati Hati ya,... 

Namun, renungan malam ini cukup asyik , ditemani masker wajah, penuh kesegaran mengusik... 

Dingin bagai angin pagi yang berhembus perlahan. 


Selembar timun yang telah diiris pipih,...! Sembari menyeka kelopak mata yang menutup. Perangai kebahagiaan. 

 memangku Muara pinta, rasa bersyukur... 

Tali temali rasa cukup harus dirajut dan dipupuk... 

Manakala diberi nikmat melebihi batas ufuk... 

Semarang, 25 September 2022


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun