Saat jari jemari kaki ku sematkan lonceng bising, ku jadi tak bisa bergerak sesuka hati
Menyongsong masa depan itu begitu membuatku terenyuh, tertegun sekaligus harus segera tersadar
Maka dari itu, aku ber tanya pada Parit yang bening?
Benarkah sesulit itu?...
Terpelanting jauh sesaat saat ingin menggapainya, tetapi sejenak mengatur strategi untuk meniti setiap menit setiap detiknya
Oh,....
Seketika, bergumam...
" Menyapa dan berkelana kesana kemari, menyingsing arum jeram yang bisa saja menghantam bertarung dengan sepi.
Cermin, dan bilik kamar hingga sela sela dapur, ingin sejenak ku jelajahi...
Bersendau gurau...
Bercengkrama merakit asal yang hampir rapuh,...
Di pagi ini?
Sekali lagi... ingin ku "Tanya kepada parit yang bening ". Catat diseberkas ini dahulu,..
Sebelum di arsipkan
*****Semarang, 20/09/2022*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Puisi: Menyapa Ruang Semu
Baca juga: Puisi: Sementara
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!