Gitar senantiasa ku petik...
Angklung senantiasa ku geser kanan dan kiri...
Seruling bambu ku siul dengan suara yang apik
Piano, senantiasa ku mampat kan melodi...
Tapi itu hanya semu sesaat. Meragut wajah...
Periuk nasi ini senantiasa hampa
Lampu dibilik kamar ini bagai tanpa pelita
Kini, aku harus bagaimana?
Menyapa ruang semu. Perkara penting saja tak asing lagi sering diacuhkan. Membelenggu.
Dibiarkan rapuh, hilang sirna bagai dimakan rayap.
Menoreh, berkebun, bertani, berternak, berdagang,.. Berpeluh keringat. Tak arang... Tak ayal, tangan kosong saja didapatkan.
Malam ini...
Kukembali. Menyapa ruang semu, "Hai... "
Kita bertemu lagi, semoga kau tak jemu, jenuh memandang ku. Meratapi ku.
Meski. Sebenarnya ku yang bosan. " Itu itu.. Saja"
Semu....
Tiada pasti, tergantung, mengambang, simpang siur, kabar burung. Menyapa mu!
Sembung harjo, Semarang, September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!