Apa senja kali ini memang berbeda dari sebelumnya?
Gurindam kata telah ku senandungkan untuk mu. Ku hayati... Resapi dan ku renungkan lagi, sebelum untaian kata ini melanglang buana di telinga lebar mu
Senyum mu kali ini nampak berbeda...
Dengan raut muka dan bibir mungil mu yang tak senada. Lain dimulut lain dihati
Sejenak buah ranum ini salam sapa kepadaku dengan aroma khas semerbak nya. Iya, durian dan nangka.
Lupakanlah. Sepertinya aku lelah menengadahkan kepala ini. Aku ingin menyisihkan diri sejenak...
Aku tahu...
Apakah kedua bola mata mu meratap baju lusuh yang ku pakai tadi...
Seketika ingin menghela napas di balik cermin. Baju lusuh ku tak seburuk yang kau kira.
Tersingkap makna dibaliknya yang ku tahan dan bungkam saja. Enggan ber cerita.
Baju lusuh...
Saksi bisu dimana tubuhku merengkuh
Diatas jiwa jiwa yang hampir rapuh
Dengan segenggam harapan yang tak lagi utuh
Sembungharjo. 03 September 2022
Di sebuah bilik kamar dengan sinar mentari didalamnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Puisi: Kepala Batu
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!