Sulitnya melerai pinta asa pendakian di sabut jerami keputus asaan
Ingin singgah sejenak...! Ah, pasti begitu lagi
Periuk kera sudah ku mampatkan semenjak penanak nasi mulai sirna.
Bintang bermuka dua...lokakarya memagut tasbih relung hati
Bahkan ulu hati terpaksa berdenyut mendengar kenyataan pahit memilukan ini
" Korupsi jalur mandiri ". Beribu orang bergantung harapan nya, tersemat keyakinan akan terbit benih benih keberhasilan.
Patah hati mulai tidak bisa berdalih atas saksi bisu nyata ini
Hilir mudik silih berganti... Dijaring... Disaring dan ditempa di lesung padi panorama indah tata surya.
Pisau belati mulai ku tancapkan di tengah alur alur yang mulai semu ini
Gegap-gempita diatas permadani kehampaan
Aku menyerah...! Masih belum
Patah arang!...Janur kuning masih belum melengkung
Tangis merengkuh meratap dimalam ini dengan angin malam sepoi menyeringai dan riap riup.
Entahlah
# 31 Agustus 2022
# Semarang, Pkl. 19.52 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Puisi: Nasib Seorang Pensiun
Baca juga: Cerpen: Birunya Cinta
Baca juga: Terjebak dalam Film
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!