Lonceng...
Lilin. Iya, jangan sampai engkau padam!
Atau... Atau... Atau apa!
Singup sunyi hingga suara dentuman jantung berdetak sahut sahutan. Saung keabadian, Dimanakah gerangan, aku takut!
Menyusuri labirin rumah susun. Bulu kuduk berdiri dan merinding. Tersingkap teratai kerahasiaan.
Jatuh...! Bergelimpangan jiwa jiwa tiada berdosa dengan tubuh meringkuk seperti bersujud tersemat doa doa.
Sebenarnya parit asa telah senantiasa dia gali, digali digali, menyusuri kejanggalan kejanggalan. Sebuah rahasia.
Terselip kisah kelam membawa manusia terjerembab kesesatan.
Naungan jompa jampi... Mulut berkomat kamit terdesir di lumbung hatinya. Meski ia ingin melepaskan nya.
Rintihan minta pertolongan...
Tolong...
Bebaskan kami...
Jangan pasung kami dalam lingkaran kesesatan.
Bagai sudah terlanjur mengunyah buah khuldi, ratapan sanksi tak bisa kau elakkan lagi
Pengabdi setan 2 Communian. Menggelegar, menggelisahkan, mencengangkan meskipun terselip candaan yang begitu matang. Film horor
Lalu, apalagi saksi bisu yang harus ku tersemat kan padamu, selain kata "luar biasa"
# Film horor
# Pengabdi Setan 2: Communian
# M. Erik Ibrahim
Baca juga: Puisi: Nasib Seorang Pensiun
# Minggu, 28 Ags. 202#
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Mainan yang Tergantikan
Baca juga: Cerpen: Birunya Cinta
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!