Mohon tunggu...
M. ERIK IBRAHIM
M. ERIK IBRAHIM Mohon Tunggu... Freelancer - 🐇🦢🌱Berakit Rakit Ke hulu, Berenang renang ketepian, aku bersungguh sungguh untuk kamu, TAPI, kamu malah demikian🌴🌿
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

🐇🦢 Terbentur----TeRBENTUR----TerbENTUR----TERBENTUK🐇🦢

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Barang-barang Berharga

12 Agustus 2022   09:44 Diperbarui: 13 Agustus 2022   06:35 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah gantungan kunci ia taruh dan mampat kan di sebuah gagang pada pintu. Apa yang membuat itu berharga

Merenggut masalalu terselubung dan pelik, semaunya tersirat dibalik kunci itu. 

Gantungan kunci itu bagai seduhan kopi, pahit, manis, getir bersatu padu

Kotak musik diabaikan dengan sesekali ia ratapi dengan senyum merekah dan lesung pipi yang manis manakala alkisah dengan dia bertaburan dilangit langit hati. Tidak bisa terbayangkan. 

Lesung padi. Barang dengan berharga yang tidak bisa diganti, karena itu adalah sumber sesuap rezeki. 

Terompah dari kayu itu selalu mendendangkan Alunan suara merdunya dengan bunyi tuk-tak-tuk tak-tuk. Semakin Candu semakin rindu. 

Jangan lupakan tembikar itu, separuh napas mu ada di tembikar itu, sebagai mata pencaharian, sedari pagi hingga petang

Sabang - Merauke, Hilir - ke hulu, Ufuk timur -Hingga ke ujung Barat, masih saja terselip barang-barang berharga tiada tara. 


Timbul rasa Pertanyaan ?.... 

Dalam bilik kamar, Masih adakah gerangan?



# Tlogosari, 12.Agustus 2022

# Barang-barang Berharga

# 09.35 berpuisi 


Ilustrasi gambar by Pixabay oleh Barmalyanich

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Puisi: Aku Berharap

Baca juga: Debu Itu

Baca juga: Televisi Kepalsuan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun