Sebuah gantungan kunci ia taruh dan mampat kan di sebuah gagang pada pintu. Apa yang membuat itu berharga?
Merenggut masalalu terselubung dan pelik, semaunya tersirat dibalik kunci itu.
Gantungan kunci itu bagai seduhan kopi, pahit, manis, getir bersatu padu
Kotak musik diabaikan dengan sesekali ia ratapi dengan senyum merekah dan lesung pipi yang manis manakala alkisah dengan dia bertaburan dilangit langit hati. Tidak bisa terbayangkan.
Lesung padi. Barang dengan berharga yang tidak bisa diganti, karena itu adalah sumber sesuap rezeki.
Terompah dari kayu itu selalu mendendangkan Alunan suara merdunya dengan bunyi tuk-tak-tuk tak-tuk. Semakin Candu semakin rindu.
Jangan lupakan tembikar itu, separuh napas mu ada di tembikar itu, sebagai mata pencaharian, sedari pagi hingga petang
Sabang - Merauke, Hilir - ke hulu, Ufuk timur -Hingga ke ujung Barat, masih saja terselip barang-barang berharga tiada tara.
Timbul rasa Pertanyaan ?....
Dalam bilik kamar, Masih adakah gerangan?
# Tlogosari, 12.Agustus 2022
# Barang-barang Berharga
# 09.35 berpuisi
Ilustrasi gambar by Pixabay oleh Barmalyanich
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Puisi: Aku Berharap
Baca juga: Debu Itu
Baca juga: Televisi Kepalsuan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!