Pungguk merindukan bulan....
Malin kundang dengan jajaran penyesalan
Sepintas semua ini terhubung dengan batu.
Identik. Dengan Keras kepala, angkuh dan congkak yang menyatu
Saat perhatian, kenangan, air mata ia curahkan, tetapi hirau dan abai tetap tersemat
Bersiaplah... Ia sepertinya akan acuh dan memilih bergumam saja.
Canggung...! Rasa canggung dan tidak enak, sepintas terbayang olehnya,
"Disapa... SALAH, enggan disapa, Semakin salah ". Begitulah kata si bujang.
Kendati lelayung isak tangis tersendu, ia rasakan, sesenggukan... Entah sedikit secangkir air minum pun tak kunjung datang
Bergeming dalam batu...! Mungkin satu satunya jalan yang harus ditempuh dan direngkuh
( Bersandar diatas batu dan melamun)
Jumat dengan mentari yang menusuk nusuk bagai duri di ubun ubun. Semakin membuat gerah. Tapi tetap senantiasa bersyukur.
Hatinya seperti gundah gelisah...! Apakah kalian mengetahuinya...?
Entahlah, cuitan nya enggan terdengar mengangkasa bagai gayung bersambut, hanya terhenti dan terjerembab saja dalam hatinya
Kini... Ia bimbang harus bagaimana, rumput yang bergoyang, padi merunduk lesu seperti semangat yang sirna
# M. Erik Ibrahim
# Jum'at, 05 Agustus 2022
# Ilustrasi by Pixabay. Sebuah batu dengan cahaya seperti masuk di dunia lain
Baca juga: Teluh Gantung Jodoh di Pantai Sadranan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Ketika Kupinta Sepasang Mata Saja!
Baca juga: Mundur Sejauh Mungkin
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!