Lihatlah Menara dan sinar rembulan itu
Apakah kau takjub dan terkagum kagum
Sinar rembulan nampaknya risau dengan keadaan mu
Apakah...apakah kau sebaliknya
Teguran halus... Ku tertatih meringkuk
Sebenarnya ku tak ingin berdendang di malam
Malam yang begitu terang benderang
Sesekali berdegup kencang akan ciptaan Tuhan
Setapak demi setapak ku arungi bahtera
Jeram jeram samudera cinta---berdendang halus
Seperti setajam pisau belati yang seharusnya
Ku asah agar menggebu gebu deruan cinta ini
Ombak---Minggirlah, jangan kau bergeming di titian hulu itu
Angin---jangan kau terpaku di tepian Telaga itu
Cepat---kemarilah, angan angan ku di Menara Eiffel ini sudah membara...
Iya...! Bantu aku menyelami samudera ini dengan bertasbih dan menyebut nama-Nya
Pasrah...! Langit dunia ini sudah terpatri dijiwa agar senantiasa merengkuh dan tertunduk
Sssst....! Tetaplah seperti jam dinding itu
Tetap teguh mengemban amanat meski dihiraukan tak di acuhkan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Cerpen: Nenek Asmi dan Kayu Bakar
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!