Padi saja, semakin berisi semakin merunduk
Lalu... Mengapa kau tuai hidup mu dengan niat busuk
Muara pinta seharusnya kau patri kan dalam hidupmu
Selagi kesempatan masih ada... mohon ampun lah dengan wajah pucat pasi, tulus lagi lugu
Ku tunggu...! Sembari tubuh mu merengkuh dan bersimpuh dalam labirin doa
Simpang siur omongan cemooh dan cercaan di bulan Juni yang menghujam mu. Ku akan menangkisnya
Sendiri...! Ingat lah, walaupun kau menangis darah, aku tak akan mengabaikan mu
Panca indera mu saja berpasangan, panas dan dingin juga bersandingan, sakit atau sehat juga berpapasan
Kesehatan dan limpahan rezeki berupa makanan akan selalu mengiringi mu
Selagi gaya hidup mu tak lebih besar pasak dari pada tiang
Menjerit... Menjerit lah sekuat tenaga mu sebelum Juli datang tepat waktu
Menangis.... Luapkan saja, jangan kau menyeka dengan jari mungil mu dan penuh rasa benci
Hati-hati---hidup mu itu bagai bianglala, kadang ditengah , kadang diatas setinggi Burj Khalifa
Terkadang juga terjun bebas, tersungkur bagai tak ada saya upaya, dan motivasi apapun
Merunduk...! Tetap lah merunduk, berdoa dan bersyukur
Ampunilah, 18 Juni 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!