Sebelum aku menulis ini, entah berapa lama aku duduk bertengger dan berdiam diri layaknya terpaku.
Tat kala harus berkutat dengan problema yang menghadang, sepanjang hari sepanjang malam di gubuk tua yang nampak menyeringai dan salam sapa kepadaku
Selain menjadi tempat kedua untuk mencurahkan isi hati yang digelayuti masalah yang menghampiri, gubuk ini layak nya sangat guru psikologis yang menentramkan hati.
Mengapa harus aku. Iya, mengapa harus aku yang menimpa masalah dengan melewati jalan terjal nan penuh lika liku ini.
Mungkin rasanya putus asa senantiasa menghampiri dengan menyelinap dalam diam tapi tidak terlihat oleh mata, akan tetapi dengan hati.
Masalah demi masalah terkadang bisa dicegah dan diselesaikan dengan segera, akan tetapi ada juga masalah yang aku hanya bisa tertengadah dan memanjatkan doa.
Sembari menulis di depan kaca sambil tersenyum-senyum sendiri mengisahkan begitu banyak yang diderita.
Tidak sampai disitu, masalah demi masalah silih berganti datang dan terkadang bisa muncul di waktu yang bersamaan.
Di penghujung waktu yang seharusnya harus berehat, kini terpaksa digunakan untuk menyelesaikan masalah yang tiada henti sampai nya hingga kapan.
Tidak mau berkutat dengan masalah, kaki dijiwa raga ini seolah ingin mengajak untuk melepas penat yang melanda berhari hari dengan berlibur.