Seperti kemarin. Air terjun dipinggir telaga itu selalu mengalir deras seolah menunjukkan keganasannya
Seperti kemarin. Kupu-kupu cantik berwarna jingga mengitari bilik dan atap rumah nan gersang ini
Seperti kemarin. Ini mungkin isyarat takdir bahwa berita gembira akan segera hinggap dibenak kalbu
Mundur. Ternyata sekelibat kelelawar coklat kehitaman juga lalu lalang di teras halaman rumahku.
Lentera juga seolah ikut berkedip dan rumah menjadi gelap. Apakah pertanda bencana sebentar lagi akan menggeliat dan menghantui ku.
Entahlah....!rupawan ku , keceriaan ku, hingga kebahagiaan ku seakan sirna dengan sekeliling bintik kecil menyelimuti wajahku
Mundur, mundur,... mundur lah sejauh mungkin. Kata ini selalu menghiasi mata hingga enggan berani menatap dan seolah bergegas ingin merunduk.
Tak mungkin...! Ku tutup saja lembaran asa dari kanopi gersang disini
Coretan pena harus mulai ku tandaskan lagi tuk menggoreskan hidup yang terlihat baru lagi.
Sementara itu. Mundur lah sejauh mungkin
Bacaan lainnya
Silakan baca puisi kepala batu dan Isyarat Waktu yang Terpaku. Ingin sekali sedikit pesan yang ingin di sampaikan kepada para pembaca. Semoga terhibur... -M. Erik Ibrahim
# Puisi
# Mundur Sejauh Mungkin
# M. Erik Ibrahim
# Minggu, 29 Mei 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H