Atau mungkin jika punya wewenang dan kemampuan untuk memobilisasi, 1 orang bisa menginstruksikan dan menggerakkan 50 orang sekaligus, kan ngeri juga tuh. Sebagai catatan, 50 secara angka ini harus menjadi batas minimal kontribusi di tiap kecamatan. Jadi, jika di rate secara nominal akan ada setidaknya 1050 akun se-kabupaten yang bisa digerakkan untuk ikut arisan follower setiap harinya.
Secara de facto, jumlah kecamatan di Kabupaten Ponorogo adalah sejumlah 21 kecamatan. Tiap kecamatan minimal ada 50 akun. Katakanlah sekali putaran arisan membutuhkan waktu 21 hari. Maka selama kurun waktu 21 hari, tiap akun media sosial PAC akan punya peningkatan minimal 1000 follower organik. Tugas awal, koordinator kecamatan hanya mendata berbagai akun media sosial tiap PAC, untuk disetorkan ke koordinator kabupaten.Â
Setelah ada database, selanjutnya koordinator kabupaten memulai penjadwalan eksekusi dan sistem kerja hingga anggota di tiap kecamatan bisa mulai bekerja secara serentak. 1050 anggota/akun tinggal berwakaf dengan meluangkan waktu 5 menit tiap hari, itupun waktunya bebas selama kurun waktu 24 jam.
Putaran arisan bisa dibuat kondisional misalnya 4 kali putaran dalam satu tahun, artinya sekali putaran memakan waktu 21 hari dan sisa 2 bulan lebih untuk evaluasi dan pengkondisian kembali. Usai periode putaran arisan yang pertama, ada jeda waktu untuk merekrut anggota baru (pengembangan) dan atau membuat akun baru.Â
Jika sistem seperti ini berjalan dengan baik dan lancar, jangankan hanya follower, bahkan sama sekali tidak menutup kemungkinan bisa memudahkan monetize akun youtube hingga berpotensi menghasilkan uang yang bisa digunakan untuk operasional organisasi. Lebih luas, bahkan bisa dikembangkan menjadi potensi pundi-pundi rupiah yang lebih menjanjikan lagi.Â
Bisa pula, dari sekian persen dari penghasilan ini dikumpulkan menjadi uang kas bersama dan selanjutnya bisa dipakai untuk menghelat berbagai pelatihan peningkatan kapasitas digital kader maupun pelatihan-pelatihan berbasis kompetensi lainnya. Semua relawan nantinya berhak dan boleh mengikuti pelatihan ini sebagai reward dari kontribusi yang telah diberikan. Bahkan lagi, bisa diproyeksikan untuk bisa membantu perekonomian sehari-hari bagi relawan yang berkecimpung.
Program ini selanjutnya bisa dikembangkan hingga angka yang entah. Tidak menutup kemungkinan, kontribusi tiap kecamatan tiap hari bisa mencapai angka 1000 akun, hingga se-kabupaten total ada 21.000 akun. Bayangkan berapa total angka jika semua elemen dan organisasi sayap di tubuh Nahdlatul Ulama punya kesadaran yang menyemesta seperti ini.Â
Besarnya NU tidak hanya sekedar angka - angka statistik di kultural dan struktural, namun terkonversi menjadi ribuan hingga ratusan ribu akun di dunia maya. Hingga angka yang mengerikan akan bisa dilihat dan tersaji di depan mata. Tidak hanya mengerikan di jumlah angka follower, bahkan bisa jadi mayoritas akun youtube yang berafiliasi dengan NU bisa dimonetize hingga turut berperan besar mewujudkan kemandirian organisasi.
Pun bisa dikembangkan sebagai detasemen akun buzzer untuk mengolah aksi sosial apapun hingga menjadi trending topic dan lebih mendapat perhatian pemerintah dan dunia. Bahkan mungkin suatu hari nanti hal ini akan menjadi satu parameter kerja organisasi di Nahdlatul Ulama. Akan ada parameter-parameter tertentu perihal kontribusi tiap kabupaten dan tiap provinsi untuk Nahdlatul Ulama di dunia maya.Â
Hingga nantinya Nahdlatul Ulama tidak hanya menjadi organisasi sosial kemasyarakatan yang digdaya di dunia nyata, namun juga di dunia maya. Dan itu semua hanya berawal dari kesadaran menyemesta tentang MEWAKAFKAN WAKTU 5 MENIT SETIAP HARI UNTUK ORGANISASI. Pertanyaannya, siapkah anda memulai satu langkah menuju hal itu sekarang juga?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H