Mohon tunggu...
Erik Kurniawan
Erik Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Aktivis Pergerakan Pemuda

Sekretaris di Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor di Ponorogo. Hobi Menulis, Berfikir Besar, Kemudian Bertindak. Murid Ideologis Tan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebuah Seni Menciptakan Super Team Kayak Disemangati Ayang

24 Maret 2022   12:15 Diperbarui: 24 Maret 2022   12:19 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam perjalanan bergerak dan menuntaskan kerja-kerja organisasi, pasang surut adalah hal yang biasa. Sebuah proses, sebuah estafet perjuangan, adalah perjalanan panjang yang membutuhkan keberperanan di tiap fase dinamika organisasi itu sendiri. Mental pejuang dan ksatria, bukan milik pecundang yang memilih kalah sebelum berperang. Bukan milik jiwa-jiwa inferior yang bersemayam dibalik alasan dan alasan.

Seperti yang kita tahu, kesuksesan adalah suatu keniscayaan bagi mereka yang ingin meraihnya. Semua itu hanya masalah waktu. Bicara super team, ada satu contoh kasus yang bisa diambil ibrah dalam proses dan perjalanan hingga mencapai satu titik kesuksesan. Dalam bahasan ini pertama penulis akan mengajak anda untuk menyamakan sudut pandang dan konteks yang akan diulas. Pertama, mari kita berdiri di titik yang sama dimana kita sedang memandang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sukses menggelar Konferensi Islam dan Peradaban di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan dengan ratusan ribu massa dan mendatangkan berbagai tokoh bahkan selevel menteri. Kesuksesan penyelenggaraan acara itu kita ambil sebagai titik akhir dan perjalanan serta dinamika HTI sebagai sebuah proses. Disini kita sudah sampai pada konteks start hingga finish apa yang akan penulis ulas.

HTI adalah sebuah organisasi massa berlatar partai yang getol dengan asongan khilafahnya. Dengan berbagai jargon dan manuver hingga sukses menghelat acara kaliber nasional di pusat Indonesia, yakni DKI Jakarta. Sampai disini kita abaikan dulu kenyataan bahwa HTI pada akhirnya dibubarkan oleh pemerintah karena keluar dari konteks. Proses HTI hingga mencapai titik itu tentunya tidak lepas dari keberadaan super team. Sebuah tim yang niscaya hanya berawal dari satu dua personil hasil dari seleksi yang berjalan alamiah.

Mengerucutkan contoh kasus secara lokal di Kabupaten Ponorogo sendiri, loyalitas dan sistem pengkaderan di HTI secara "fair" boleh kita katakan sebagai hal yang luar biasa dan jarang kita temui di organisasi apapun. Terlepas dari metode cuci otak (brainwash) melalui berbagai doktrin dan seni mengolah kata, satu kader loyalis HTI minimal mampu meng"create" 5 orang loyalis lainnya. 5 orang ini selanjutnya akan merekrut masing-masing katakanlah merekrut 5 juga hingga menghasilkan 25 loyalis baru. Dari 25 tersebut akan merekrut  5 juga. Begitu seterusnya hingga sampai fase ini saja sudah ada 146 kader loyalis.

Sekarang, pertanyaannya apakah dari 146 kader loyalis ini semuanya akan meneruskan proses kaderisasi ini secara berkelanjutan? apa justru "mandeg" pada dirinya sendiri atau bahkan mungkin keluar dari "circle"? Memilih menjadi pemimpin sejati yang terus berhasil menciptakan pemimpin-pemimpin baru atau memilih jalan lain yang berseberangan? Semua kemungkinan dengan yakin saya katakan "PASTI ADA". Namun adalah fakta tak terbantahkan dimana pada akhirnya ada superteam hasil seleksi alamiah yang sukses bersama-sama menghelat satu gelaran akbar.

Intinya apa sih? dinamika, pasang surut di organisasi adalah hal yang biasa. Disana ada sebuah kepemimpinan yang bertanggung jawab menjaga arah pergerakan organisasi agar tetap pada jalur dan rel yang dipilih. Ada kepemimpinan yang berdaulat menciptakan iklim global organisasi agar terkondisikan. Secara organisatoris mereka punya satu visi dan misi besar berupa peta jalan (roadmap) yang jelas bahwa tujuan akhir adalah suatu yang benar-benar luhur dan agung. Mereka bersepakat dan bersetia pada tujuan besar organisasi, mengabaikan hal-hal diluar tujuan bersama. Dan dibelakang ini semua ada sebuah SUPER TEAM yang kuat dan solid. Mereka-mereka yang sama-sama tidak berhenti berjalan di saat yang lain berhenti dan atau balik arah.

Sebuah proses alamiah menuju sesuatu, apalagi terkait dengan manusia pasti ada person-person yang harus memulai meng"create" super team. Merumuskan satu tujuan akhir dan meramu peta jalan agar perjalanan nantinya tidak salah arah dan tetap pada jalur yang seharusnya. Berkaca pada HTI yang tidak punya akar dan histori di negeri ini saja bisa meraih kesuksesan, sebuah organisasi "newbie" yang baru masuk beberapa tahun belakangan saja, tidak malukah kita yang punya bejibun kesempatan dan sumber daya?

Anda yang ingin berfikir berhenti untuk bergerak, berproses, dan meneruskan estafet perjuangan sebuah organisasi yang kini anda bernaung di dalamnya. Mulailah melihat titik awal dan tujuan organisasi itu didirikan, lantas tanyakan pada diri sendiri mau berhenti sampai disini atau terus jalan?

Jiwa inferior dan mudah patah semangat sama sekali tidak layak bersemayam di hati para pejuang pergerakan. Kondisi dimana pernah sakit hati pada rekan sejawat yang berkhianat atau alasan lain, bukan alasan untuk berhenti bersetia dan bersepakat pada konsensus pergerakan. Satu hal yang perlu dicatat, organisasi ini niscaya pasti akan mencapai sebuah kesuksesan, dengan atau tanpa anda. Camkan itu!!!! Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun