Mohon tunggu...
Erik Kurniawan
Erik Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Aktivis Pergerakan Pemuda

Sekretaris di Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor di Ponorogo. Hobi Menulis, Berfikir Besar, Kemudian Bertindak. Murid Ideologis Tan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kenapa Anak Muda Harus Berpolitik?

17 Maret 2022   17:21 Diperbarui: 17 Maret 2022   17:28 2999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bicara tentang politik, saya kira anak-anak yang mengalami suasana euforia pesta demokrasi di tahun 1999 pasti mempunyai kesan. Ya, setahun pasca reformasi itu Indonesia benar-benar mengalami titik balik dari kungkungan rezim otoriter Soeharto. Percepatan pemilu oleh Presiden B.J Habibie pada tahun 1999 berawal dari desakan berbagai pihak karena hasil pemilu 1997 yang sama sekali tidak mendapat legitimasi di mata rakyat, hal ini berarti legitimasi Habibie sebagai presiden di masa transisi juga belum kuat.

Pada tahun 1998 hingga masa pemilu 1999 -dimana saya masih duduk di bangku MI (setingkat sekolah dasar)- adalah tahun dimana Gus Dur menjadi kian populer di lingkup Nahdliyin (warga Nahdlatul Ulama) setelah mendirikan partai politik. Bahkan anak-anak kecil seusia saya juga terbawa euforia, menghias sepeda dengan atribut partai, mengoleksi kertas bergambar lambang partai dan foto Gus Dur , hingga terkadang melakukan pawai keliling dukuh dengan bersepeda. Nuansa berbau partai politik yang kental di akar rumput adalah wujud ekspresi lumrah pasca hak bersuara seakan dibungkam, dibatasi dan dipenjarakan saat era Orde Baru masih berkuasa.

Bagi saya pribadi, seorang Gus Dur dengan segudang pencapaian dan prestasi adalah seorang juru selamat. Saya berhenti dari HTI, karena Gus Dur. Saya berkhidmah di organisasi NU juga karena Gus Dur. Pun, dalam tindak-tanduk dan pemikiran terus berusaha meniru Gus Dur. Karakter santri adalah "manut dhawuh kyai", hal ini dicontohkan oleh Gus Dur mulai dari membentuk partai, saat dijadikan presiden, hingga hal-hal yang mungkin kita anggap remeh. Beberapa hari yang lalu, saya sempat bertanya kepada seorang Gus untuk bertanya hukum menjadi seorang aktifis partai politik. Dikatakan, haram jika hanya sekedar semi-aktifis, mubah jika menjadi benar-benar seorang aktifis, dan bisa wajib jika situasi dan kondisi sedang genting. Ketika saya ditanya partai apa lantas menjawab "PKB", beliau berkata "ya wis, ikuti tapi sing kalem".

Tiga paragraf panjang diatas masihlah sebuah intermezo, agar pembaca tidak terkaget-kaget dan mengetahui beberapa kronologi yang melatari tulisan ini. Agar tidak ada celetukan "tidak ada angin tidak ada hujan, kok bicara politik". Toh padahal zaman masih kelas 3 di tingkat sekolah menengah atas, saya lebih fasih presentasi tentang politik daripada pokok bahasan yang lain apalagi pelajaran sekolah. Hehe.

Pemuda sebagai agen perubahan dan generasi masa depan sudah seharusnya  tidak boleh abai pada politik. Politik bagi saya pribadi adalah suatu seni untuk berkuasa dan mencapai kekuasaan. Politik adalah jalan penentuan dimana keadilan atau kedzaliman yang akan nantinya berkuasa mengatur kehidupan semua warga masyarakat di negara demokrasi ini. Politik di Indonesia berwadahkan partai sebagai corong penyampaian dan penyaluran aspirasi warga masyarakat dari berbagai kalangan untuk dapat disuarakan dengan lebih lantang.

Partai politik adalah sebuah keniscayaan yang mau tak mau harus ada yang "bermain lumpur" agar kemashlahatan umat tetap terjaga. Bagaimana tidak? kebijakan pro rakyat, undang-undang yang berpihak pada rakyat, program-program berdasar amanat konstitusi hanya bisa dengan mudah direalisasikan jika kekuasaan ada di tangan rakyat. Jalan kekuasaan rakyat di negara ini adalah melalui wasilah/perantara partai politik, dimana aspirasi rakyat diwakilkan oleh wakil rakyat. Dengan demikian, tuntutan rakyat akan lebih bergema dan lantang
karena mereka masuk dalam sistem perpolitikan itu sendiri. Apa jadinya kalau kita tidak berpolitik? tidak menyuarakan aspirasi lewat partai politik? niscaya hanya akan menjadi sebuah obrolan "rasan-rasan", angin lalu yang berlalu begitu saja.

Apakah anda termasuk orang muda yang menolak untuk ikut berpartisipasi dalam ranah politik? Atau di mindset anda, anda tidak akan mau untuk terjun langsung dalam partai politik? Saya ingat satu perkataan dari senior saya di dunia pergerakan, "Mereka yang berkuasa, entah pimpinan organisasi ataupun pimpinan negara (stakeholder) punya satu keunggulan, yakni bisa merekayasa iklim." Bagaimana kita mampu menciptakan angin perubahan (wind of change) besar bagi bangsa dan negara ini adalah melalui partai politik. Jika dikatakan politik itu kotor, koruptor, KKN saya pribadi adalah anda dengan persepsi seperti itu. Namun akhirnya saya tersadar, jika agen perubahan di sistem politik itu tetap seperti bukan dari kita sendiri, akan jadi apa negara ini di masa yang akan datang? Negara ini terlalu sayang untuk dipegang dan dikuasai oleh orang-orang yang tidak tepat. Anda orang baik masih ingin apatis pada politik? Tidak kan? Maka, berpolitiklah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun