Sepintas tangan merengkuh menggeliat kalbu yang tak utuh
Satu jua hambar dua muara pintar tergambar
Di depan pintu sedang meraung asa namun masih tersirat duka yang menjadi debu
****
Bisa dibayangkan...Â
Bisa dirasakan....Â
Bisa Di lampiaskan. ..Â
Pada pelupuk angan yang akan tertuang
****
Satu cinta yang tertata...Â
Bukan diatas batu bata
Melainkan kata-kata yang tersisa...Â
****
Terjebak dalam satu cinta didepan publik pintu
Merebak asa nan mulai membisu
Sepintas tamparan kemarin sudah mulai menjelma menjadi kalbu
---
Demikian dan salam puisi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H