Mohon tunggu...
ERICK JEHAMAN
ERICK JEHAMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - belajar menjalani hidup.

Mahasiswa Filsafat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tidak Ada Kaitan antara Agama dan Terorisme: Sebuah Optimisme yang Mencelakakan

5 April 2021   12:28 Diperbarui: 21 April 2021   23:02 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Optimisme adalah kegilaan untuk mempertahankan pendapat bahwa segalanya berjalan baik, padahal kenyataan adalah kebalikannya" (voltaire). Pernyataan filosof dan sastrawan Perancis ini kiranya dapat membantu kita untuk melihat kembali tanggapan, reaksi atau respon kita terhadap aksi terorisme belakangan ini.

Bahwa kita mengecam dan dan mengutuk dengan keras aksi terorisme yang terjadi belakangan ini merupakan pertanda bahwa kita masih peduli dengan sesama kita, kita masih menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Setidaknya itulah kesimpulan yang bisa kita ambil dari respond berbagai kalangan terhadap aksi terorisme kalau tidak bisa dikatakan sebagai kesimpulan yang terburu-buru atau bahkan gegabah.

Namun apakah reaksi demikian -- mengutuk dan mengecam dengan keras -- aksi terorisme lahir dari kenyataan yang sesungguhnya atau justru sebaliknya, kenyataan adalah sebaliknya. 

Artinya memang ada kaitan antara agama dan terorisme. Tentu hal ini tidak mudah dibuktikan dan bahkan mungkin sebuah kesimpulan yang terburu-buru atau gegabah pula. Lagi pula "kita tidak pernah dapat merasa pasti bahwa suatu pendapat yang mau kita lumpuhkan adalah pendapat yang keliru, dan andaikata kita merasa pasti, usaha untuk melumpuhkannya tetaplah merupakan sesuatu yang jahat" (John Stuart Mill, On Liberty),  (mungkin ada benarnya dan bersembunyi dibaliknya?).

Saya sendiri tidak bermaksud mengaitkan secara langsung kaitan antara agama dan terorisme, apalagi membuat pembahasan yang komprehensif. Lalu apa yang hendak saya katakan?. 

Pertama-tama saya menghargai dan mengapresiasi beberapa pihak yang dengan berani dan lantang mengecam dan mengutuk dengan keras aksi terorisme yang biadap tersebut. Saya mengapresiasi, sebab paling tidak reaksi tersebut dapat membantu masyarakat untuk menahan diri, tidak terprovokasi untuk melakukan tindakkan yang melanggar hukum atau membakar isu primordialisme, yang masih belum sepenuhnya padam dalam diri masyarakat kita.

Akan tetapi menyimpulkan bahwa tidak ada kaitan antara terorisme dengan agama, mungkin perlu dilihat kembali, meskipun tidak harus ditarik kembali. Kita mungkin perlu membiasakan diri berbicara dengan data. 

Apa yang saya maksud dengan data disini adalah, pertama; mungkin kita perlu melihat sasaran-saran dari aksi terorisme belakangan ini. Kedua; kita mungkin perlu melihat dan merenungkan apa yang (telah) menjadi "daya pengerak" bagi mereka sehingga berani melakukan aksi terorisme. Untuk data yang kedua ini, bagi saya hal ini dapat dilihat dari aktivitas, keseharian para teroris baik di dunia nyata maupun di dunia, termasuk pula "peninggalan" yang mereka tinggalkan. Bagi saya dalam dua hal ini, nampak jelas doktrin apa yang telah menjiwai mereka untuk melakukan aksi tidak manusiawi tersebut.

Hal ini tidak bermaksud untuk menghakimi, menuduh apalagi mendikte agama atau aliran kepercayaan tertentu. Melainkan agar kita terus bertanya dan berefleksi tentang motif dibalik tindakkan tersebut dan serentak membuka diri terhadap kritikan dan masukan yang ada. Sebab kalau tidak kecaman kita terhadap aksi terorisme, sekalipun dengan keras dan mengatakan tidak ada kaitan antara agama dan terorisme adalah sebuah mekanisme pembelaan diri yang primitif.

Bagi saya mengecam dan mengutuk terorisme sekalipun dengan atribut "keras" bukanlah amunisi terbaik untuk melumpuhkan aksi terorisme melainkan hanya sebuah usaha primitif yang usang dan tak berguna sama sekali. Dan karenanya bagi saya adalah lebih baik berdiam tanpa kata sambil bertanya tentang hidup beragama kita dibandingkan mengeluarkan kecaman. Kalau terorisme kita sebut sebagai "tindakkan  primitif" sebab tidak ada kaitannya dengan agama atau kepercayaan tertentu dan sangat tidak manusiawi, maka tidak mungkin sebuah tindakkan primitive dilumpuhkan oleh kata-kata (kecaman keras) primitif yang usang.

Jangan sampai optimisme kita; "tidak ada kaitan antara agama dengan terorisme menjadi bumerang bagi nilai-nilai kemanusiaan kita sendiri."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun