Arif memandang Aisha dari jauh, seperti biasa.
 Senyumannya yang hangat, caranya tertawa, dan caranya memperlakukan semua orang dengan baik selalu menyentuh hati Arif.
 Tapi dia menyimpan perasaan itu untuk dirinya sendiri.
 "Rif, tunggu apa lagi?
 Beritahu aku," kata temanku Raka.
 Arif tersenyum kecil.
 "Tidak semudah itu.
 Aku tidak ingin memutuskan persahabatan kita.
 Arif ada di sisi Aisha setiap hari, mendengarkannya dan mendukungnya ketika dia lelah.
 Tapi Aisha tidak tahu harus berbuat apa.
  I Tak kusangka ada perasaan di balik sedikit perhatian yang diterimanya hingga suatu hari Aisha berbicara kepadaku dengan wajah berseri-seri.