Sudah hampir tiga bulan kegiatan pembelajaran di Sekolah dihentikan. Sejak awal April hingga hari ini, siswa belajar dirumah secara daring dan guru pun dibuat sibuk untuk memenuhi pembelajarannya.
Awal sampai pertengahan bulan Juni ini adalah masa-masa terakhir pembelajaran secara daring, ada juga sekolah yang menyelenggarakan Penilaian Akhir Tahun (PAT). Semua kegiatan pembelajaran akan berakhir tanggal 19 Juni 2020, setelahnya libur akhir tahun pelajaran hingga 12 Juli mendatang.
Daerah Jawa Barat sendiri, setelah liburan akhir tahun, tahun pelajaran baru 2020-2021 akan dimulai tanggal 13 Juli 2020. Hari itu lah hari yang sangat dinanti oleh seluruh warga sekolah. Dinantikan karena ternyata berlama-lama di rumah itu membosankan dan lama tidak bersekolah itu menjenuhkan.
Tetapi harapan tersebut sepertinya harus ditunda. Gubernur Jawa Barat Ridwal Kamil hari ini (02/06/2020) mengatakan, bahwa aktivitas pendidikan di sekolah diprediksi baru bisa dilaksanakan pada Januari 2021. Emil tidak ingin tergesa-gesa untuk membuka sekolah, karena tidak ingin mengambil resiko berbahaya pada anak.
Meskipun belum keputusan final, ini kabar yang tidak mengenakkan bagi warga sekolah. Betul bahwa kesehatan itu paling utama, ingat bahwa resiko terburuk dari covid-19 ini adalah kematian. Tetapi ada hal penting lain yang harus diperhatikan, yaitu kondisi psikologis anak yang mulai terganggu karena terlalu lama tidak bersekolah.
Psikologis anak yang terganggu tersebut disebabkan adanya interaksi sosial dan rutininatas mereka yang hilang. Lingkungan sekolah menciptakan suasana interaksi sosial yang dapat membentuk karakter dirinya.
Sedangkan rumah tidak menyediakan interaksi sosial yang disediakan sekolah. Interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan gurunya, siswa dengan warga sekolah.
Mereka bisa bercengkarama dengan teman sebayanya, bergaul dengan gurunya, serta melakukan komunikasi aktif dengan semua warga sekolah. Bangun pagi, berseragam, berangkat bersama-sama, mengerjakan tugas, dimarahi gurunya karena membandel, hal seperti ini lah yang sudah tidak mereka alami.
Kondisi psikologis kebosanan atau kejenuhan ini, dialami tidak hanya oleh siswa saja, guru pun mengalami hal yang sama. Kerinduan yang tidak terbendung kepada siswa serta suasana sekolah yang berbeda dengan di rumah. Belum lagi pembelajaran daring yang sekarang dilaksanakan sudah mulai menjenuhkan. Apalagi pembelajaran daring di daerah banyak terkendala, yang akhirnya pembelajaran daring sudah tidak efektif lagi.
Orang tua pun memiliki keluhan tersendri. Keadaan anak sudah tidak terkendali, pada mulanya mereka bisa mengimbangi kebutuhan anak untuk melaksanakan pembelajaran daring. Tetapi setelah pembelajaran daring selesai, anak mulai melakukan kegiatan yang tidak berkaitan dengan pembelajaran.
Misalnya bermain gadget yang dikhawatirkan membuat psikologis mereka terganggu. Bahkan anak juga sudah mulai bosan dengan aktifitas mereka dirumah, tidak sekali merka mengatakan “Mah kapan sekolah lagi?”, “Pap sampai kapan belajar di rumah?”