[caption id="attachment_96452" align="alignleft" width="390" caption="ilustrasi (sumber: news.com.au)"][/caption] Telah banyak update berita pascabencana gempa bumi dan tsunami Jepang yang ditayangkan dan ditulis oleh sejumlah media televisi, radio, cetak maupun internet. Digambarkan sikap sabar orang Jepang adalah satu hal yang paling membanggakan dan memukau dunia pascabencana gempa bumi dan terjangan tsunami di Sendai, sebelah timur Jepang, Jum'at lalu (11/3/2011). Bentuk keprihatian dunia kepada negara terkena musibah dan bencana alam, itu hal yang biasa dan wajar. Namun melihat masyarakat Jepang yang bangkit pascabencana gempa bumi dan tsunami, tidak hanya keprihatinan dan do'a untuk mereka. Tapi peristiwa tersebut seolah-olah menyadarkan kita harus belajar terhadap sikap sabar orang Jepang. Sejauh mengamati update berita yang tersebar di internet, tidak ada satu orang Jepang melakukan perbuatan tercela, seperti mencuri atau menjarah toko-toko. Bayangkan biasanya mereka teratur memenuhi kebutuhan makan dan minum sehari-hari, tiba-tiba gempa dan tsunami memorak-porandakan rumah dan seluruh bangunan. Praktis untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum menjadi terbatas atau malah tidak ada sama sekali kecuali menunggu bantuan logistik dari pemerintah. Secara logika akal sehat, mereka semua pasti lapar dan haus. Lagi pula air, listrik dan gas belum sepenuhnya normal kembali. Tak banyak bisa diperbuat kecuali bersikap sabar dan tetap tenang. Saya teringat dengan sifat dan karakter Bezita. Ia adalah tokoh komik yang sangat populer, Dragon Ball, yang memiliki harga diri yang tinggi. Sifat dan karakter ini ternyata benar-benar nyata di Jepang. Lihat saja beberapa waktu lalu, Menteri Luar Negeri Jepang, Seiji Maehara, mengundurkan diri setelah diketahui ia mengakui menerima sumbangan dana kampanye sebanyak 250.000 yen dari orang asing. Menurut saya, inilah salah satu bentuk harga diri orang Jepang. Bagaimana dengan kita di Indonesia? Saya yakin akan banyak persepsi seperti orang Jepang yang memiliki harga diri yang tinggi dapat kita contoh dan teladani. Kembali sikap sabar orang Jepang, ini menjadi sorotan dunia saat ini. Betapa tidak, secara manusiawi bahwa tekanan musibah yang menimpa seseorang terkadang tidak dapat mengendalikan dirinya. Bahkan ketika dalam keadaan lapar dan haus, tidak menutup kemungkinan orang menjadi serakah dan mementingkan dirinya sendiri di saat bantuan datang. Berkerumun dan saling berebut adalah pemandangan yang biasa kita lihat pascabencana. Tapi, ini tidak demikian yang kita lihat di sejumlah media massa elektronik dan cetak. Kita memang harus belajar dan meniru sikap terpuji orang Jepang, yakni kesabaran dan ketabahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H