Mohon tunggu...
ERICO ANUGERAH PERDANA
ERICO ANUGERAH PERDANA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Terbuka

Percayalah jika berjuang dengan sungguh-sungguh akan mendapatkan hasil yang baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Harapan dan Tantangan di Tahun Perdana

12 Januari 2025   11:25 Diperbarui: 12 Januari 2025   11:36 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar makan siang gratis (sumber: foto oleh AI)

Pada tanggal 6 Januari 2025, Pemerintah secara resmi meluncurkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini merupakan salah satu janji kampanye pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka saat kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. MBG dirancang untuk meningkatkan pemenuhan gizi masyarakat, terutama anak-anak dan pelajar, guna mendukung generasi muda yang lebih sehat dan berdaya saing. Program ini juga menjadi bagian dari visi besar pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, di mana generasi penerus bangsa diharapkan memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan mampu bersaing di tingkat global.

Implementasi Program MBG
Program MBG dijalankan di 26 provinsi dan melibatkan 190 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) sebagai ujung tombak pelaksanaannya. Sasaran utama program ini adalah siswa sekolah dasar dan menengah di wilayah yang rentan terhadap permasalahan gizi. Pelaksanaan ini diharapkan dapat membantu menurunkan angka stunting, meningkatkan daya tahan tubuh anak-anak, serta memperbaiki prestasi belajar mereka di sekolah. Dengan upaya ini, pemerintah berharap dapat mendukung pembentukan sumber daya manusia berkualitas yang menjadi kunci utama pencapaian visi Indonesia Emas 2045.

Erico Anugerah Perdana, seorang mahasiswa S1 Matematika di Universitas Terbuka sekaligus pemilih pasangan Prabowo-Gibran, menyambut positif peluncuran MBG. Menurutnya, langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam merealisasikan janji kampanye mereka. "Melalui MBG, kita bisa melihat upaya nyata untuk memperbaiki kualitas hidup generasi penerus bangsa," ujarnya. Lebih lanjut, ia juga berharap program ini dapat menjadi salah satu fondasi untuk menciptakan masyarakat yang lebih produktif dan mandiri di masa depan.

Tantangan dalam Pelaksanaan Program MBG
Namun, seperti halnya program berskala besar lainnya, pelaksanaan MBG tidak lepas dari sejumlah tantangan dan kekurangan yang perlu segera diatasi. Berikut adalah beberapa isu yang mencuat dalam implementasi MBG:
1. Ketidakjelasan Skema Pembiayaan
Terdapat ketidakjelasan dalam skema pembiayaan antara Badan Gizi Nasional Republik Indonesia (BGN RI) dengan mitra program MBG. Beberapa mitra mengeluhkan lambatnya alokasi dana, sehingga berdampak pada kelancaran operasional program.
2. Pelayanan Umpan Balik (Feedback)
Salah satu keluhan dari penerima manfaat adalah kurang optimalnya pelayanan feedback kepada BGN RI. Misalnya, muncul isu bahwa siswa dilarang memotret makanan yang disediakan oleh program MBG. Larangan ini bahkan diiringi ancaman sanksi kepada sekolah yang melanggar, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dan kurangnya transparansi.
3. Pengurangan Frekuensi Susu Gratis
Awalnya, MBG menjanjikan pemberian susu gratis setiap hari. Namun, dalam pelaksanaannya, susu hanya diberikan sekali seminggu. Hal ini menjadi sorotan karena program dianggap tidak memenuhi janji awalnya.
4. Kualitas Menu Makanan
Menu makanan yang disediakan program MBG belum sepenuhnya memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Selain itu, cita rasa makanan dianggap hambar oleh banyak siswa. Hal ini disebabkan oleh kurangnya persiapan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dalam merancang menu yang sehat sekaligus lezat.
5. Koordinasi Antarinstansi
Pelaksanaan MBG melibatkan banyak instansi terkait, seperti Kementerian Pendidikan, Kementerian Kesehatan, dan BGN RI. Kurangnya koordinasi antarinstansi sering kali menyebabkan hambatan administratif yang memengaruhi distribusi makanan dan logistik lainnya.

Harapan dan Solusi Konkret
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Program MBG tetap memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat. Agar pelaksanaannya semakin optimal, berikut adalah beberapa harapan dan solusi konkret yang dapat diterapkan:
a. Perbaikan Skema Pembiayaan
Pemerintah harus memastikan bahwa alokasi dana dari BGN RI kepada mitra program berjalan lancar dan transparan. Dibutuhkan koordinasi yang lebih baik antara pihak-pihak terkait agar tidak ada keterlambatan dalam pendanaan.
b. Transparansi dan Keterlibatan Masyarakat
Untuk meningkatkan kepercayaan publik, pemerintah dapat membuka kanal umpan balik yang lebih responsif dan transparan. Larangan siswa memotret makanan harus dicabut agar masyarakat dapat menilai kualitas program secara langsung. Di samping itu, survei kepuasan penerima manfaat dapat dilakukan secara berkala untuk mengukur efektivitas program.
c. Penjadwalan Ulang Pemberian Susu
Pemerintah perlu mengevaluasi kembali frekuensi pemberian susu. Jika keterbatasan anggaran menjadi kendala, maka dapat diupayakan kolaborasi dengan sektor swasta untuk mendukung pendanaan tambahan. Sponsor dari perusahaan susu nasional dapat menjadi alternatif solusi.
d. Peningkatan Kompetensi SDM
Pemerintah perlu menyediakan pelatihan intensif bagi SDM yang terlibat dalam pengelolaan makanan program MBG. Hal ini mencakup pelatihan dalam merancang menu bergizi, pengolahan makanan yang higienis, dan peningkatan cita rasa. Selain itu, perekrutan ahli gizi profesional untuk setiap SPPG harus menjadi prioritas.
e. Monitoring dan Evaluasi Berkala
Untuk memastikan keberlanjutan program, dibutuhkan mekanisme monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara berkala. Hasil evaluasi harus digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Sistem pelaporan digital dapat digunakan untuk mempermudah pengawasan dan pelacakan distribusi makanan.
f. Penguatan Edukasi Gizi
Selain menyediakan makanan bergizi, pemerintah juga perlu mengedukasi siswa dan keluarga tentang pentingnya pola makan sehat. Program penyuluhan gizi dapat dilakukan melalui kerjasama dengan sekolah dan organisasi masyarakat. Hal ini akan membantu menciptakan kesadaran kolektif tentang pentingnya gizi dalam mendukung visi Indonesia Emas 2045.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah langkah strategis pemerintah untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, khususnya generasi muda. Meskipun masih terdapat berbagai tantangan dalam pelaksanaannya, program ini tetap menjadi harapan besar bagi banyak pihak. Dengan perbaikan yang berkelanjutan dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat, MBG dapat menjadi tonggak penting dalam menciptakan generasi yang lebih sehat, cerdas, dan berkualitas.

Dalam konteks visi Indonesia Emas 2045, program ini memiliki peran strategis sebagai salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan SDM unggul yang mampu membawa Indonesia menjadi salah satu negara maju di dunia. Erico Anugerah Perdana, seperti banyak pemilih lainnya, berharap agar pemerintah dapat terus konsisten dalam memperbaiki dan mengembangkan program ini. Semoga MBG menjadi inspirasi bagi upaya-upaya lainnya dalam membangun Indonesia yang lebih baik. Dengan inovasi dan kolaborasi yang tepat, masa depan generasi muda Indonesia yang lebih cerah bukan lagi sekadar impian, melainkan kenyataan yang dapat diraih bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun