Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) mengalami dugaan kasus peretasan terhadap akun Twitter mereka setelah mengunggah postingan yang berisi kritik terhadap pemerintah. Sejak Minggu malam (21/5), BEM UI kehilangan akses terhadap akun Twitter mereka.
Ketua BEM UI, Melki Sedek Huang, menyatakan bahwa hingga pagi ini mereka masih belum bisa mengakses akun Twitter resmi BEM UI. Situasi ini menjadi bukti nyata bahwa akun mereka telah menjadi target peretasan.
Dalam keterangan resmi yang dikeluarkan, BEM UI mengindikasikan bahwa peretasan ini terkait dengan unggahan yang berjudul "Jokowi Milik Parpol, Bukan Milik Rakyat." Setelah postingan tersebut diunggah, akun Twitter BEM UI langsung menjadi topik yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial.
Pada Minggu malam, tiba-tiba semua akun Twitter BEM UI ter-logout dari berbagai perangkat yang digunakan, dan hingga saat ini mereka belum dapat memulihkan akses ke akun tersebut. BEM UI menyampaikan hal ini sebagai bukti bahwa ada upaya pembungkaman terhadap mereka melalui tindakan peretasan.
Pelaku atau kelompok yang bertanggung jawab atas serangan siber ini tidak diketahui dengan pasti pada saat ini. Kita dapat mengasumsikan bahwa peretasan tersebut mungkin melibatkan praktik phishing, brute force, atau celah keamanan dalam sistem.Â
Meskipun mengalami serangan peretasan, BEM UI dengan tegas menyatakan bahwa mereka tidak akan gentar dan tetap bersuara. Mereka menegaskan bahwa upaya-upaya untuk membungkam mereka tidak akan membuat mereka takut dan diam. Bahkan, tindakan tersebut justru memperkuat keyakinan mereka bahwa mereka berada di jalur perjuangan yang benar.
BEM UI sebagai badan eksekutif mahasiswa memiliki peran penting dalam menyuarakan aspirasi dan kritik terhadap pemerintah. Mereka yakin bahwa melalui aksi dan pengungkapan pandangan mereka, mereka dapat berperan dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
Kritik yang dilontarkan oleh BEM UI melalui akun Twitter mereka menggambarkan bahwa Presiden Joko Widodo lebih condong pada kepentingan partai politik daripada kepentingan rakyat. Unggahan tersebut memancing perhatian banyak orang dan mendapatkan banyak respon dari netizen.
Peretasan terhadap akun Twitter BEM UI menunjukkan bahwa kebebasan berpendapat dan menyuarakan kritik masih merupakan isu yang sensitif. Ketika suara-suara kritis dikendalikan atau dibungkam, hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kebebasan berbicara dan ruang diskusi publik yang terbuka.
BEM UI berharap bahwa tindakan peretasan ini dapat diinvestigasi secara serius oleh pihak yang berwenang, sehingga pelaku dapat diidentifikasi dan bertanggung jawab atas tindakan mereka. Mereka juga berharap agar kasus ini menjadi momentum untuk menguatkan semangat perjuangan mereka dalam memperjuangkan kebebasan berpendapat dan keadilan sosial.
Kejadian ini juga menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya melindungi kebebasan berpendapat dan menyuarakan kritik dalam masyarakat yang demokratis. Ketika suara-suara kritis ditindas atau dibungkam, maka proses demokrasi pun terancam.Â