jamu tradisional yang berkhasiat menghangatkan badan dan mengobati masuk angin. Tetap sejak tahun 2000-an minuman ini justru di salah gunakan oleh beberapa oknum dan diteguk untuk mabuk-mabukan, seperti ciu bekonang. Hal itu dijelaskan Pengamat Sejarah dari Fakulas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof Wasino. Beliau menyebut  fenomena tersebut mulai terjadi saat perkembangan penduduk makin banyak dan waktu orang tua kepada anak mulai berkurang. Jika dahulu miras adalah sajian bagi para bangsawan kini minuman tersebuat menjadi minuman yang biasa saja. Orang-orang sengaja meminum minuman keras seperti congyang Semarang untuk menunjukkan kebanggaan.
Congyang merupakan minuman tradisional khas Kota Semarang yang kini digolongkan  sebagai minuman keras. Namun awal mulanya minuman ini diciptakan adalah untuk obat masuk angin dan obat kecapean. Congyang adalah
Asal-Usul Congyang Semarang
Congnyang atau sering disebut Ceye ini lahir dari tangan dingin Koh Tiong di bilangan Wotgandul kawasan Pecinan Semarang sejak 1980 silam. Minuman tradisional hasil fermentasi beras ini menjadi legenda di tengah kehidupan masyarakat kota semarang. Mirip seperti whisky, congyang Cap Tiga Orang ini cocok ditenggak saat cuaca dingin. Ketika dicoba rasa congyang manis di awal dan pahit dan asam di ujung. Perpaduan rasa ini merupakan efek dari fermentasi beras yang menjadi bahan utamanya. Sampai di perut Congyang Semarang ini terasa menghangatkan tubuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H