Mohon tunggu...
Erick Tan
Erick Tan Mohon Tunggu... Teknisi - Pengamat Penelusur Pelurus Sejarah

PRIBADI BIASA MENOLAK SEGALA SISTEM PENINDASAN SEGALA BIDANG DAN ASPEK KEHIDUPAN DALAM SEGALA EKSPRESI HIDUP MAKHLUK BERTUHAN.NASIONALIS DAN RELIGIUS MENDAMBAKAN RAHMATAN LIL ALLAMIN DALAM BERSOSIALITAS DAN SEGALA BENTUK WADAH NYA.BUMI ADALAH TEMPAT BERPIJAK YANG HARUS DI BERSIHAKAN DARI ANGKARA MURKA DAN KESERAKAHAN AKIBAT KEMUNGKARAN.HIDUP DINAMIS BERSAMA ALAM DAN PEMILIK NYA.AMIEN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kurikulum Gagal Total

28 Maret 2019   15:15 Diperbarui: 28 Maret 2019   16:28 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kurikulum karakter itu cukup di lakukan oleh orang tua itu sendiri dirumah, mau bukti. Kembalilah ke era jaman dulu, kami didik kerja keras sehabis sekolah cari rumput atau kesawah, jam 3 atau 4 sore harus ke TPA untuk menimba ilmu ALQURAN, kami harus aktif di remaja masjid memang itu tempat yang ada buat hiburan jaman dulu. Kemudian lihat lah generasi nya berkarakter seperti apa.

Nah makin ke sini dunia pendidikan makin tidak benar, jangan tanyakan apa yang membuat semua menjadi seperti ini. Tapi tanyakan pada diri pribadi apakah mata pelajaran dasar sudah benar, saya bicara dasar yang mana itu sangat penting sekali perannya. Ibarat rumah anda bangun dengan pondasi buruk apa yang terjadi. Sekolah saja yang di bangun megah megah bak hotel bintang lima dan spp melambung tinggi, spp gratis tapi buku buku gak berguna bertebaran dan harus dibeli sama aja bohog, dunia pendidikan macam apa ini. ingat hak murid untuk belajar dilindungi oleh undang undang dan negara. Karma mungkin berlaku lagi disini. Kemudian kenapa mata pelajaran yang sangat amat penting peran nya malah di hapus.

PPKN, BHS DAERAH dan malah kami dengar menteri PKI akan menghapus pendidikan agama. Dulu generasi 90an ini haruf menghapal P4 dan secara tidak langsung itu membawa karakter kami. Sejarah sudah amburadul oleh rekonstruksi belanda kini model pendidikan juga di intervensi para penjajah. Mau jadi apa negara ini. Jadi awal dari semua ini adalah tiada nya PPKN yang begitu fenomenal, hingga bahasa daerah yang begitu lokal dan arif ikut berkonstribusi di dalam nya serta pendidikan agama yang begitu kental memperkuat karakter tersebut.

Orang cina (etnis lain terbesar) dan agama lain jika ingin mempunyai model pendidikan yang berbeda ya silahkan, tapi kusus kita para pribumi seharusnya tetap menjaga cara pendidikan kita sendiri, pendisikan bebasis luar negeri lah dan tetek bengek itu sama sekali tidak sesuai dengan kita TITIK. jika ingin mengenal lebih ke dunia luar itu jalan nya adalah FAKULTAS. Ini pendidikan dasar seperti kita mendidik anak usia 1 sampai 5 tahun, yang biasa kita sebut usia dasar tahun emas. Hal sedikit saja bisa mempengaruhi si anak.

Anak jaman now  tidak lagi memiliki penguat rohani seperti dulu, orang tua sibuk kerja demi pendidikan yang makin mahal, anak hanya dapat sekedar omongan, " nak mbok yo ngaji " - "nak mbok yo ke masjid" hanya sebatas itu, orang tua sendiri sibuk dengan kepenatan hidup ini, ini memang di paksa, dibuat, atau memang di desain. Anak pagi pagi sekali harus pergi sekolah, di surabaya jam 4 pagi sudah mulai macet hilir mudik motor, mobil pribadi, mobil antar jemput dan angkutan umum yang mengantar anak ke sekolah dan mereka harus pulang sore hari dan masih harus banyak les sana sini. Anak tidak punya waktu ke pesantren, TPA dan masjid.

 Jika mereka jenuh akan memilih rekreasi, taman syahwat, cafe syahwat dan sebagainya. Mata pelajaran nya juga mendukung karena pendidikan di sub ini sudah hilang dan akan sepenuhnya hilang jika kita semua tidak segera melakukan perlawanan. Sejurus dengan itu moralitas para oknum guru yang makin turun juga menunjang si murid merasa semakin tidak mempunyai pegangan dan karakter. Saya bilang oknum ya dan tidak usah dipungkiri buanyak sekali dan masih banyak para pns yang menempuh jalan suap dalam meniti karir yang jelas itu haram hukum nya dan haram di makan hasil nya, apa sih jadinya jika anak ini dikasih makan barang haram.. ? think that!

Kesimpulan nya kembalikan pendidikan ini seperti semula.
- Kembalikan mata pelajaran seperti dulu di era 90 an yang lebih menekankan moralitas, ini sudah lebih dari cukup mencukupi KARAKTER murid.
- Perbanyak kegiatan agama di sekolah dan di rumah.
- Era digital mengharuskan orang tua memenuhi anak dengan banyak uang demi pendidikan, orang tua lebih tidak punya banyak waktu karena sibuk sekedar cari uang yang tertuntut oleh gaya hidup yang di paksakan oleh TV dan BUDAYA LUAR NEGERI.
- Anak tidak lagi punya banyak waktu di rumah dan pesantren serta masjid karena sibuk memenuhi unsur pendidikan yang semakin absurd dan diluar akal itu sendiri.
- Anak dan orang tua saling tidak punya banyak waktu untuk bersama, orang tua sibuk kerja dan capek, anak sibuk belajar absurd dan capek.

Saya orang tua modern yang di bentuk oleh kurikulum era 90 an yang sangat memahami dan mempelajari pertumbuhan anak semenjak bayi. Bayi di era susu kaleng ini semakin cerdas dan cerdas, Ya Tuhan saya sendiri tidak bisa ketahui secara klinis kok bisa kandungan susu kaleng bisa begitu merubah bayi menjadi secerdas itu, dan berbanding terbalik dengan bayi jaman dulu yang hanya sekedar asi bahkan air rebusan nasi atau tajin. Tapi meski dikatakan tidak begitu cerdas generasi dahulu lebih bisa menghormati orang tua karena banyaknya kesempatan merengkuh pelajaran moral dan agama.

Generasi sekarang meski begitu cerdas, gampang dengan mudah menerima hal baru bahkan teknologi, pegang handphone tanpa kesulitan memahami cara nya, sedang dulu tv aja tidak ada. Komputer hanya sebatas pengenalan cara menyalakan dan pintasan keyborad gak cukup 3 tahun untuk menguasai komputer di masa SMA. Generasi sekarang super cerdas namun sayang nya mereka ini tidak punya yang saya istilahkan FILTER DIRI. Semua hal mudah ia tangkap dan masukan otak dan mereka bisa sebebas udel nya mengaplikasikan ke kehidupan nya pribadi. Ini pokok permasalahan nya, seperti sebuah jaringan komputer semakin canggih semakin rentan oleh virus yang berbahaya, karena virus ini pun juga dibuat oleh versus mereka kan, maka pertumbuhan nya juga seimbang ada sistem canggih ya si pembuat virus juga makin canggih. Sedang tugas kita orang tua dan guru semakin lemah untuk memberikan filter ini.

 Mata pelajaran nya tidak mendukung rangkaian untuk terbentuk nya filter ini dan orang tua juga tidak punya  banyak waktu untuk membentengi anak dengan memberi filter itu sendiri, Sedang di ranah lain orang tua sendiri atau para dewasawan juga dirusak oleh TV dengan suguhan absurd SINETRON yang tiap hari hanya menyuguhkan gelak tawa, perselingkuhan, hujatan, pembunuhan, perampokan, gaya hidup diskotik&narkoba, rebutan warisan, anak sekolah pacaran&ciuman. INI SAMPAH sesungguhnya, yang di tonton oleh orang tua setelah magrib tiba, bahkan sekarang 24 jam ada sinetron bertebaran, orang tua nonton dan membiarkan si anak ikut menonton makin parah. Meski ada tulisan BO dan lain lain di layar itu tidak berguna.

Hmmm cukup panjang ya bunda, anggap saja ini luapan amarah para orang tua dan semua yang merasakan hal yang sama secara langsung dan tidak langsung. Saya bicara sebagai pribadi yang merasa perlu ikut berkonstribusi dalam hal ini karena saya masih bernafas. Dan dengan tanpa maksud menyudutkan pihak manapun dan siapapun. Sebelum vonis saya dan artikel saya mohon untuk kerendahan hati nya membaca dengan bijak dan menelaah kembali apa kah peran kita masing masing ini sudah benar atau belum, jika belum ya mari saling merubah dalam bidang nya masing masing, jika merasa benar tidak perlu arogan dan marah atau ambil jalan lain. jika ada yang merasa benar lantas marah dengan artikel ini artinya dia belum benar. Karena pihak benar itu biasa nya mempunyai sifat bijak dan membijakan, adem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun