Mohon tunggu...
Erick M Sila
Erick M Sila Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis adalah mengabadikan diri dalam bentuk yang lain di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Belajar dari Nikmatnya Secangkir Kopi #2

12 Januari 2024   13:25 Diperbarui: 12 Januari 2024   13:34 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka, dengan setiap tegukannya, Aditya mendalami dunia kopi lebih dalam. Dia menghabiskan waktu berjam-jam untuk meneliti metode pembuatan bir, ketepatan suhu dan waktu, serta seni memanggang. Apartemennya diubah menjadi laboratorium, dengan mesin cetak Prancis, AeroPress, dan Chemexe berjajar di rak dapurnya seperti tentara yang menunggu perintahnya.

“Pencarianmu telah dimulai,” Hendrik mengamati di salah satu pagi yang beraroma kopi itu, matanya berbinar tanda setuju.

"Ya," Aditya menyetujui, jari-jarinya ternoda tanah dan hatinya penuh semangat. "Saya telah mempelajari dampak ukuran gilingan, pengaruh kualitas air..."

"Bagus." Suara Hendrik merupakan perpaduan antara semangat dan tantangan. "Ingat, setiap metode membuka pintu berbeda ke kastil yang sama."

Gagasan bahwa ia dapat mengekstrak beragam rahasia dari biji yang sama membuat Aditya terpesona, memicu percikan dalam dirinya yang melampaui sekadar keingintahuan akademis. Seolah-olah dia sedang menyusun sebuah teka-teki, menemukan bagian dari dirinya dalam asal usul dan rasa kopi yang dia seduh.

"Besok," Aditya mengusulkan, tekadnya mencerminkan kekokohan minuman terbarunya, "Aku akan mencoba menyedotnya. Konon ini merupakan keseimbangan antara sains dan seni."

"Pilihan yang bagus," jawab Hendrik, senyumannya nyaris tak terlihat di balik cangkirnya. "Halus, memang. Ibarat memahami kehidupan, memerlukan kesabaran dan ketelitian."

"Hidup..." gumam Aditya, menatap ke dalam cairan gelap yang memantulkan pantulan matanya yang mencari-cari. “Ini lebih dari sekedar minuman. Ini adalah wadah untuk pelajaran hidup.”

“Memang,” Hendrik menegaskan. "Sekarang, kamu mulai merasakan kedalaman gairahmu yang sebenarnya."

Setiap hari membawa Aditya lebih dekat pada esensi kopi, dan melaluinya, lebih dekat pada pemahaman akan kebijaksanaan samar yang disampaikan Hendrik. Dia tidak lagi melihat kedai kopi hanya sebagai tempat untuk memulihkan energi dengan cepat, namun sebagai tempat perlindungan di mana setiap kunjungan memberikan wawasan baru dan setiap percakapan mendalami kemungkinan untuk berkembang.

Aditya berdiri di ambang kedai kopi sambil menarik napas dalam-dalam. Permadani aroma yang kaya membungkus dirinya seperti pelukan akrab—bau tajam dari kacang yang baru digiling, hangatnya susu kukus yang menenangkan, dan sedikit karamel dari campuran spesial hari itu. Dia merasakan denyut nadinya bertambah cepat karena kegembiraan, sebuah simfoni sensasi yang menandakan awal dari pencariannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun