Mohon tunggu...
Erick M Sila
Erick M Sila Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis adalah mengabadikan diri dalam bentuk yang lain di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Belajar dari Nikmatnya Secangkir Kopi #1

12 Januari 2024   12:18 Diperbarui: 12 Januari 2024   15:04 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.canva.com/design/DAF5o8WFmSM/2ar4O4cUkENGIkdogVw7QA/edit?ui=eyJHIjp7fX0&continue_in_browser=true

"Dan setiap cerita membawa pelajarannya masing-masing," tambah Siti Aisyah dengan lembut, mendekati meja dengan langkah ringan, senyum hangat mengerutkan sudut matanya. Kehadirannya seperti balsem menenangkan, menenangkan energi frenetik yang sering melintas di kedai kopi.

"Benar sekali, Mbah Siti," balas Aditya, mengakui kebijaksanaannya dengan anggukan hormat. "Setiap cerita mengajarkan kita sesuatu yang baru."

Dia melihat sekeliling kafe, mengamati wajah-wajah akrab. Ada Fajar Kusuma, rekan kerjanya, dengan gigih mengetik di laptopnya, kerutan di dahinya saat dia berjuang dengan tantangan yang tak terlihat. Agnes Ratna Dewi duduk di seberang ruangan, bukunya terbuka di depannya, tangannya bergerak dengan keyakinan saat dia menghidupkan garis dan bayangan. Begitu berbeda, namun keduanya tenggelam dalam pencarian mereka sendiri, menemukan makna dalam pekerjaan mereka.

"Terkadang, aku iri pada mereka," Akui Aditya pelan pada Siti Aisyah. "Mereka sepertinya tahu persis apa yang mereka cari."

"Dan kamu, Adit? Apa yang sedang kamu cari?" tanya wanita tua itu, suaranya dipenuhi dengan rasa ingin tahu yang tulus.

"Aku tidak yakin," akunya, mengaduk-aduk kopi di cangkirnya, menonton cairan gelap itu berputar. "Aku pikir aku tahu, tapi sekarang... semuanya terasa lebih kompleks."

"Kehidupan memang kompleks, tapi sepertinya kau sedang belajar sesuatu yang penting," ucapnya dengan tatapan penuh pengertian.

"Belajar dari nikmatnya secangkir kopi?" dia mencoba, setengah bercanda namun mencari konfirmasi.

"Ya, dari secangkir kopi," dia mengkonfirmasi, tawanya lembut dan merdu. "Dan dari setiap orang yang kau temui, setiap pengalaman yang kau alami."

Aditya merenungkan kata-katanya, merasakan kejelasan mulai terbentuk di tengah kebingungan pikirannya. Setiap orang di sini memiliki sesuatu yang bisa ditawarkan, sebuah pelajaran yang teranyam dalam jalinan hidup mereka. Rizky Maulana, dengan akumen bisnis tajamnya, mendorongnya untuk menentukan batas-batasnya. Bahkan Hendrik Wijaya, dengan kisah-kisahnya yang samar, menantangnya untuk melihat melampaui permukaan.

"Kekayaan kehidupan ada pada keragamannya, Adit," Lilis ikut campur, telah mendengar sebagian pembicaraan mereka sambil mengisi ulang cangkir mereka. "Setiap rasa, setiap aroma menambah kedalaman."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun