Mohon tunggu...
Frietz Calvin
Frietz Calvin Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Atma Jaya Yogyakarta. Public Relations & Journalism. Perfectly Imperfect.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Musim Penghujan, Penghasilan Menurun

21 Maret 2012   01:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:41 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gerimis baru saja membasahi tanah daerah sekitar Babarsari, termasuk daerah Kledokan, Yogyakarta. Pemandangan sekeliling berupa persawahan yang hijau sekaligus yang sudah mulai menguning merupakan pemandangan di salah satu sisi kampung di wilayah Babarsari, Yogyakarta ini. Musim penghujan sudah tiba, setelah sekian lama musim panas membakar kota Yogyakarta, akhirnya hujan pun datang. Peralihan musim seperti ini tidak dapat diprediksi lagi, baik oleh para ahli, maupun masyarakat awam sekalipun. Isu pemanasan global sudah sering didengar masyarakat, musim kemarau dan musim penghujan kian tak menentu waktunya. Ketidakpastian musim seperti ini berimbas kepada masyarakat yang mengandalkan alam sebagai mata pencarian mereka.

Masyarakat seperti Pak Primanto (58) contohnya, Beliau yang merupakan salah satu petani membenarkan bahwa cuaca yang dulunya dapat diprediski ini, tidak lagi sama seperti sedia kala. Beliau yang sehari-harinya bertani untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, menyatakan ketika musim penghujan datang akan banyak hama yang menyerang tanaman miliknya. Antisipasi terhadap hama tentu belum dapat diprediksi sebelumnya, persediaan alat dan bahan pemberantas hama pun belum tentu bisa dipersiapkan, sehingga hama tersebut bisa menjadi ancaman bagi tanaman para petani. Selain itu, musim kemarau yang mendadak berubah menjadi musim penghujan dapat berimbas secara signifikan terhadap hasil panen yang didapatkan para petani.

“Kalau musim kemarau itu, untuk 500 meter ini sudah dapat 1,5 Kwintal, tapi kalau udah musim hujan kaya begini, ya menurun jadi 1,25 Kwintal,” ujar Pak Primanto saat diwawancarai pada hari Senin (12/3) kemarin.

Persawahan dengan sistem pengarian memang mendapatkan keuntungan berupa cukupnya air untuk mengairi sawah, sekaligus yang sewaktu-waktu bisa mengurangi kelebihan air dengan membuka saluran pembuangan air. Namun, menurut Pak Primanto yang juga biasa bekerja sebagai kuli bangunan, tetap saja beliau memilih musim kemarau agar penghasilan padi miliknya tidak menurun dan kurangnya hama yang dapat mengancam tanamannya. Sementara untuk pengairan sawah masih dapat diatasi dengan memanfaatkan air yang berasal dari Selokan Mataram.

Pancaroba memang sudah akrab dikenal menjadi masalah bagi masyrakat. Banjir, tanah longsor, gagal panen dan sebagainya merupakan bonus yang dibawa oleh musim pancaroba. Perubahan cuaca memang sering tidak dapat diprediksi, namun persiapan untuk peralihan musim seperti ini paling tidak masih bisa dipersiapkan untuk mengurangi kerugian yang bisa saja terjadi. (Cal)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun