Sesungguhnya tidak ada yang salah dengan kegiatan pendidikan keagamaan (apapun itu) sepanjang turut mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan kedamaian secara universal, dengan kesadaran bahwa sejatinya seluruh manusia tanpa terkecuali adalah bagian dari interaksi sosial pluralistik.
Menjadi petaka ketika pendidikan keagamaan tersebut justru menjadi agenda doktrinasi anti kemanusiaan dan anti kedamaian harmonisasi antar umat manusia.
Dampaknya?
Mari silahkan cermati bersama aksi-aksi pengerahan massa yang marak terjadi belakangan ini, sebagaimana yang telah kita cermati bersama massa yang dikerahkan kerap kali berasal dari kelompok/perkumpulan tajuk keagamaan.
Sesungguhnya atas nama kepentingan tertentu dan atau berlatar fanatisme buta agama akhirnya mereka telah sukses termodifikasi dari entitas manusia menjadi sosok 'robot control' yang siap sedia dikerahkan beraksi dengan 1 kata sandi sakti: Kepentingan AGAMA, terlepas dari objektif/subyektif (benar/salah) dasar tindakan selalu menjadi urusan belakangan, bahkan kerap dianggap sepi saja manakala belakangan hari ternyata terbukti terdapat settingan agenda tertentu yang jauh melenceng dari urgensi agama.
Waww ternyata betapa dahsyatnya polarisasi pembodohan sistematis masyarakat di negara ini, hingga sangat mungkin mereka semua tidak pernah diajarkan makna sesunggunya dari ber-Indonesia RAYA itu sendiri.
Kesimpulannya...
Bahwa untuk meruntuhkan suatu negara, maka lumpuhkanlah terlebih dahulu masyarakatnya dengan metode apapun juga; narkotika, propaganda amoralitas, virus biologis, kemiskinan, tak ketinggalan aksi-aksi kelompok tajuk fanatisme keagamaan dengan polesan dalih 'surga-neraka' ala suka-suka siap meluluhlantakkan sekitarnya kapan saja bahkan tidak tertutup kemungkinan bagi injeksi terorisme yang turut ambil peluang pada akhirnya.
Konsekwensi sosialnya?
Akibat berlarut-larutnya pembiaran terhadap aksi-aksi komunitas tersebut lalu kemudian dengan sendirinya sebagian masyarakat perlahan namun pasti akan menuju fase titik jenuh situasional hingga bahkan apatisme menggerogoti mentalitas, puncaknya kemudian tidak terlalu perduli lagi terhadap roda perjalanan negara selanjutnya (depresi masyarakat).
Propaganda fanatisme keagamaan, kendati merupakan salah satu pola ortodok tetapi terbukti masih cukup ampuh sebagai jurus agitasi 'kompor' masyarakat, terutama di klaster negara berkembang yang masih lebih mengagungkan perspektif sektarianisme daripada berbagai aspek apapun termasuk nilai-nilai harmoni dan kemanusiaan.
Yang terbersit di benak saat ini ialah...
Realita masyarakat kita yang masih saja mudah dihasut, rentan terprovokasi, ternyata masih jauh dari 'melek' atas berbagai kemelut bangsa ini, termasuk tampak tidak begitu perduli dengan terganggunya program pembangunan, rasa enggan berasimilasi lintas kemajemukan, padahal jika saja bersedia menyadari bahwa menyingsingkan ego sektoral niscaya bagi memajukan republik ini yang tentu saja kemajuan bagi seluruh komponen bangsa ini pada akhirnya.
Maka pertanyaan yang tersisa adalah..
APAKAH SESUNGGUHNYA SELURUH MASYARAKAT KITA TELAH BENAR-BENAR SIAP DAN IKHLAS BERBANGSA INDONESIA RAYA NAN MULTI MAJEMUK INI, SEBAGAIMANA NIAT YANG DIPERJUANGKAN PARA PENDIRI NEGARA INI DAHULU KALA.
Mari renungkan sejenak, dan jika benar kita telah sama-sama lelah terhadap berbagai kegaduhan 'lebay' yang senantiasa merongrong NKRI ini maka mari bahu-membahu bergandengan tangan MENOLAK, MELAWAN berbagai agitasi propaganda perpecahan bangsa kita atas dalih kepentingan apapun itu.
Sejatinyalah, kepentingan politik kekuasaan tidaklah mungkin sebanding harganya dengan kedamaian hidup rakyat majemuk Indonesia Raya, maka jangan pernah sudi membarternya dengan alasan apapun juga.
Jangan pernah jemu meluangkan waktu kita merangkul, mengedukasi masyarakat di sekitar ke arah pemahaman ber-Indonesia Raya yang benar dengan penuh rasa solidaritas, persaudaraan tulus antar segenap anak bangsa bumi Pertiwi ini.
Salam Indonesia RayaÂ
- Erick Brandie -
(FORUM RAKYAT DEMOKRASI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H