Mohon tunggu...
Erick Sowong
Erick Sowong Mohon Tunggu... -

Pekerja di bidang Komunikasi Pemasaran, dan memiliki perhatian yang tinggi akan sejarah, politik, serta pemasaran secara umum. Dan karena menyadari bahwa setiap manusia diciptakan untuk memuliakan Pencipta-NYA, ia pun berusaha melaksanakan tujuan penciptaan dirinya tersebut dengan usaha yang keras.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tumpul Hati

27 Januari 2010   09:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:14 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_62414" align="alignright" width="200" caption="Sumber : http://stat.ks.kidsklik.com/files/2010/01/pensil-kecil.jpg"][/caption] Tumpul hati, apakah itu? Kalo berdasarkan pemahaman dan pengalaman saya, tumpul hati adalah kondisi hati yang sudah tidak dapat menyuarakan nuraninya jika melakukan kejahatan, kesalahan, dosa. Dikarenakan nurani tersebut tidak dapat membedakan/merasakan setiap perbuatan jahat yang dilakukan. Mati rasanya nurani disebabkan terlalu seringnya melakukan perbuatan jahat, dosa tanpa ada kesadaran untuk bertobat kepada TUHAN. Meski sebenarnya bisa dihindari -karena kita memiliki kehendak bebas dari TUHAN-, tidak dapat dimungkiri bahwa situasi kondisi kita saat itu juga mempengaruhi untuk membuat kita terlena. Seperti : 1. Semua urusan berjalan lancar, tanpa ada hambatan. 2. Merasa di atas angin, semua terkendali (over confidence). 3. Tidak adanya 'reminder' dari lingkungan (hal ini bisa disebabkan karena 'kepandaian' kita menutupinya, atau kita yang memang menolak semua nasihat yang diberikan). 4. Keangkuhan kita bertumbuh subur. 5. Ke-aku-an kita meluap-luap. Nah, kalo melihat kondisi sekitar -surat kabar, lingkungan kerja, keluarga- apakah kita menjumpai yang seperti ini? Jika ada, merupakan tugas kita untuk memberitahukannya dengan penuh kasih, namun sebelum melakukan hal itu pastikan bahwa diri kita pun sudah beres di hadapan TUHAN. Artikel lainnya di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun