Mohon tunggu...
Erick Sowong
Erick Sowong Mohon Tunggu... -

Pekerja di bidang Komunikasi Pemasaran, dan memiliki perhatian yang tinggi akan sejarah, politik, serta pemasaran secara umum. Dan karena menyadari bahwa setiap manusia diciptakan untuk memuliakan Pencipta-NYA, ia pun berusaha melaksanakan tujuan penciptaan dirinya tersebut dengan usaha yang keras.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Terang Dunia

6 Februari 2010   05:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:04 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

http://xcavator.net Yah...begitulah, artikel ini ditulis saat mata saya saat ini (jam 03.00 sekian) masih melotot. Terang Dunia, sesuai nama judulnya mempunyai fungsi menerangi dunia di sekitarnya. Tentunya menerangi di kegelapan. Kegelapan sendiri tidak hanya berarti orang jahat, kriminal. Namun orang yang belum menerima kasih ALLAH, seperti pengamen jalanan di bis kota, pengemis di kereta ekonomi, penghuni kolong jembatan. Intinya mereka yang selama ini jiwanya terhilang, yang mungkin memiliki anggapan bahwa dirinya tidak dikasihi oleh Sang Pencipta karena kesengsaraan yang melanda, yang merasa 'kesal' kepada TUHAN dan berkata : "TUHAN kok saya hidup begini sih!!! Di saat yang lain kebingungan memilih baju yang dipakai, saya malah tidak punya baju, di saat yang lain bingung mau makan siang apa, saya justru belum makan dari kemarin." Selama ini mungkin prinsip kita adalah menjadi terang di lingkungan keluarga, lingkungan kerja, Rumah Ibadah (tentunya). Tidak ada yang salah dengan hal itu. Namun sebenarnya di luar sana, ada orang-orang yang hendak TUHAN pertemukan dengan kita -langsung secara tatap muka, agar kita dapat memberikan sentuhan kasih TUHAN kepada mereka, asal kita mau aktif mencarinya. Namun maukah kita mencarinya? Mungkin diawali dengan kegiatan di akhir pekan ini menggunakan bis umum atau kereta ekonomi? Sumber : http://maribermakna.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun