Jika tengah mengharapkan sesuatu apakah yang kita lakukan? Membayangkan dan memikirkannya senantiasa dan di mana pun kita berada. Karena diri kita adalah yang kita pikirkan, dari pikiran kita akan keluar tindakan-tindakan. Jika kita mengaku melekat dengan TUHAN, seharusnya pikiran kita hanya memikirkan apa yang TUHAN pikirkan, apa yang TUHAN kehendaki. Mengapa untuk TUHAN kita tidak menjadikan ini -memikirkan TUHAN senantiasa dan di mana pun kita berada- sebagai gaya hidup kita? Sehingga dari pikiran-pikiran kita akan TUHAN lalu mewujud menjadi tindakan-tindakan berdasarkan apa yang TUHAN kehendaki. Bila dengan disiplin kita berusaha memikirkan TUHAN sampai IA menjadi lebih dari sebuah kebutuhan, irama ini menjadi irama abadi yang menyatu dan tidak pernah hilang dari kebutuhan kita. Sebaga akibatnya, kita akan berusaha hidup berkenan di hadapan-NYA. Setiap kali berbuat salah, jiwa kita akan sangat terganggu. Kita juga akan melayani TUHAN dan mengasihi sesama seperti yang TUHAN ajarkan dan memikirkan perkara-perkara yang diatas (Surga, dimana TUHAN bertahta). Artikel lainnya disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H