TikTok telah merevolusi cara kita berinteraksi dengan konten digital. Dengan miliaran pengguna aktif, platform ini mendorong konten dari berbagai latar belakang budaya dan bahasa menjadi fenomena viral. Namun, di balik popularitas tersebut, muncul tren yang menarik perhatian banyak pengamat, yaitu viralitas tagar-tagar acak seperti #xyzbca. Dengan lebih dari 4,23 triliun tampilan, tagar ini menjadi salah satu yang paling banyak digunakan, meskipun tidak memiliki arti yang jelas. Fenomena ini mencerminkan bagaimana viralitas di TikTok tidak selalu berkaitan dengan makna konten itu sendiri.
Berbeda dengan platform lain, TikTok mendorong pengguna untuk menggunakan tagar tertentu agar konten mereka lebih mudah ditemukan. Tagar paling populer di platform ini, #fyp, yang merujuk pada "For You Page", menjadi cara bagi pengguna untuk mengoptimalkan peluang mereka tampil di halaman utama pengguna lain. Tagar #fyp telah mengumpulkan total 55 triliun penayangan. Sebagai perspektif, bahkan jika masing-masing pandangan itu hanya berlangsung selama satu detik , total gabungannya akan sama dengan 1,76 juta tahun. Tetapi #fyp bukan satu-satunya tagar yang menghasilkan jumlah penayangan yang menggiurkan. Dengan strategi ini, viralitas menjadi sesuatu yang dapat direncanakan, meskipun dengan hasil yang tak terduga.
Keberadaan tagar-tagar acak seperti #xyzbca membuat kita merenungkan makna di balik popularitas tagar di TikTok. #xyzbca, misalnya, tidak memiliki arti literal dalam bahasa manapun, namun tetap digunakan secara luas oleh pengguna yang berharap konten mereka "meledak" atau menjadi viral. Tagar-tagar seperti ini menunjukkan bahwa viralitas tidak selalu tentang konten yang relevan atau bermakna. Banyak pengguna hanya mengikuti tren untuk meningkatkan visibilitas mereka tanpa memperhatikan substansi konten.
Fenomena ini menandakan pergeseran dalam cara kita memproduksi dan mengonsumsi konten digital. Pengguna TikTok tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen konten yang dengan sengaja memanfaatkan sistem algoritma untuk mendapatkan lebih banyak tampilan. Hal ini menciptakan budaya di mana viralitas menjadi tujuan utama, sementara makna atau pesan di balik konten sering kali terabaikan. Tagar acak seperti #xyzbca menjadi simbol dari fenomena ini, di mana pengguna lebih fokus pada apa yang bisa membuat konten mereka dilihat lebih banyak orang daripada apa yang ingin mereka sampaikan.
Tagar acak lainnya, seperti #fypppppppppppppppppppppp, juga menarik perhatian karena penggunaan karakter yang tampaknya asal-asalan. Meski terlihat konyol, tagar ini berhasil mengumpulkan lebih dari 958 miliar tampilan. Ini menegaskan bahwa algoritma TikTok cenderung mendukung apa pun yang berhasil menarik perhatian pengguna, bahkan jika itu tidak memiliki konteks atau makna jelas. Viralitas, dalam hal ini, lebih dipengaruhi oleh keanehan dan kebetulan daripada substansi yang terkandung dalam konten.
Keberadaan tagar-tagar acak ini menegaskan bahwa viralitas di TikTok lebih dipengaruhi oleh angka daripada makna. Banyak tagar yang tidak memiliki arti, tetapi tetap mendapat perhatian besar karena dipandang sebagai peluang untuk mendapatkan lebih banyak tampilan. TikTok mengubah cara kita melihat kesuksesan di dunia digital, dari kualitas konten menjadi kuantitas tampilan. Dalam hal ini, viralitas di TikTok tidak lagi diukur berdasarkan kualitas atau pesan, melainkan pada seberapa banyak orang yang terpapar konten tersebut.
Fenomena tagar acak juga memperlihatkan bagaimana TikTok mengubah kreativitas menjadi sekadar alat untuk mendapatkan eksposur. Pengguna TikTok lebih sering menciptakan konten yang mengandalkan tren atau algoritma untuk mendapatkan perhatian, daripada menciptakan sesuatu yang benar-benar baru atau penuh makna. Ini menciptakan tantangan bagi para kreator konten yang ingin menyampaikan pesan yang bermakna, karena viralitas sering kali lebih bergantung pada strategi dan kebetulan daripada kualitas konten itu sendiri.
Tagar acak seperti #xyzbca dan #fypppppppppppppppppppppp menciptakan sebuah lingkaran di mana pengguna berfokus pada apa yang dapat menarik perhatian secara cepat, tanpa memperhatikan apakah konten tersebut memiliki nilai atau kedalaman. Ini menandakan bahwa viralitas bisa dicapai tanpa perlu memahami atau mengedepankan pesan di balik konten tersebut. Hal ini mengubah cara kita berinteraksi dengan platform media sosial dan bagaimana kita menilai keberhasilan konten.
TikTok, sebagai platform berbasis algoritma, telah menciptakan sistem yang sangat efisien dalam mempromosikan viralitas. Namun, sistem ini juga mengarah pada dominasi konten yang tidak memiliki makna yang mendalam. Ini mengubah cara kita berinteraksi dengan media sosial, di mana kita lebih peduli pada jumlah tampilan dan eksposur daripada pada nilai konten itu sendiri. Dalam konteks ini, viralitas bisa menjadi sesuatu yang semata-mata dicapai dengan mengikuti tren atau menggunakan tagar yang populer, meskipun konten itu tidak membawa pesan yang berarti.
Pada akhirnya, fenomena tagar acak di TikTok menunjukkan bahwa viralitas tidak selalu berarti kualitas. TikTok telah mengubah definisi kesuksesan konten digital, dan kini viralitas sering kali lebih dipengaruhi oleh keanehan atau kebetulan daripada pesan yang terkandung di dalamnya. Meskipun ini menciptakan ruang untuk kreativitas yang tak terduga, itu juga menyoroti bagaimana platform ini dapat memengaruhi cara kita memandang makna dan tujuan dalam dunia digital. Sebagai pengguna, kita harus lebih kritis dalam menilai konten yang kita buat dan konsumsi, untuk memastikan bahwa viralitas yang kita kejar tetap berhubungan dengan nilai dan pesan yang lebih mendalam.