Mohon tunggu...
Erica Dwi Anantasya
Erica Dwi Anantasya Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Stunting di Indonesia

1 Juni 2024   19:20 Diperbarui: 1 Juni 2024   19:32 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Masalah yang masih menjadi bahan perbincangan hingga saat ini yaitu stunting dimana hal ini masih menjadi prioritas utama dalam aspek kesehatan, pada kali ini saya dari Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Banyuwangi akan mengulas sedikit mengenai stunting yang banyak terjadi di Indonesia. 

Pada saat ini banyak sekali kasus mengenai stunting dimana kasus ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Banyak anak di luar sana yang mengalami stunting karena kurangnya gizi dan tidak memiliki kecukupan gizi. Banyak faktor yang dapat memengaruhi kondisi buruk seperti ini beberapa Hasil penelitian menunjukkan bahwa stunting dipengaruhi oleh faktor pendapatan keluarga, pengetahuan gizi ibu, pola asuh ibu, riwayat infeksi penyakit, riwayat imunisasi, asupan protein, dan asupan ibu. 

Asupan ibu terutama saat hamil merupakan salah satu faktor yang berperan penting. Gizi janin bergantung sepenuhnya pada ibu, sehingga kecukupan gizi ibu sangat memengaruhi kondisi janin yang dikandungnya. Kurangnya kesadaran tentang pentingnya gizi ibu akan berdampak pada kurangnya upaya yang dilakukan untuk pencegahan stunting. Kondisi ini tentunya akan berlanjut hingga anak lahir dan tumbuh. Dalam perkembangannya, anak yang bertubuh pendek dianggap wajar dan tidak berdampak untuk perkembangan anak, sehingga tidak memerlukan penanganan khusus.

Gizi adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Permasalahan Kekurangan gizi khususnya pada anak usia dini sangat berdampak besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang mengalami kekurangan gizi akan bertubuh pendek dan kurus (Hardani M & Zuraida R, 2019). 

Permasalahan gizi buruk menjadi tujuan prioritas utama pemerintahan Indonesia salah satunya adalah percepatan penurunan stunting. Anak pendek atau stunting adalah kondisi pertumbuhan yang terhambat pada anak usia dibawah 5 tahun (balita) yang disebabkan oleh faktor kekurangan gizi kronis dan seringkali disertai terjadinya penyakit infeksi. Terutama pada waktu 1.000 hari pertama kehidupan yang dimulai dari janin hingga anak berumur 23 bulan (Iqbal & Yusran, 2021).

Menurut data survei yang dilakukan oleh status gizi Indonesia pada tahun 2022 memperlihatkan bahwa Indonesia memiliki angka stunting yang terbilang sangat tinggi dan diatas rata – rata yang ditetapkan oleh WHO yaitu sebesar 20% sedangkan angka stunting yang terjadi di Indonesia berada pada angka 21,6% pada tahun 2022. 

Stunting ini bahkan disebut dan menjadi bahan perbincangan panas karena bukan lagi merupakan masalah gizi buruk yang baru terjadi di Indonesia, karena angka kasusnya yang masih terbilang tinggi dan juga permasalahan status gizi ini di tetapkan sebagai isu prioritas utama di Indonesia. 

Stunting bisa diatasi dengan beberapa upaya terutama dalam aspek kesehatan masyarakat yaitu dengan penyediaan fasilitas seperti mencukupi sarana dan prasarana yang dapat mendukung untuk menghindari atau upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi stunting tersebut. 

Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan yaitu adanya edukasi atau sosialisasi kepada sasaran yaitu seperti remaja hingga pada ibu – ibu yang sedang mengandung, agar selanjutnya dapat menghindari kejadian stunting ini dan dapat mengurangi angka terjadinya stunting di Indoensia. Melalui semua dukungan baik dari lingungan, pengetahuan ibu dan lain sebagainya hal ini akan menekan angka terjadinya stunting di Indonesia supaya tidak ada lagi kesakitan pada balita dan anak yang disebabkan oleh stunting.

Daftar pustaka

Hardani M, & Zuraida R. (2019). Penatalaksanaan Gizi Buruk dan Stunting pada Balita Usia 14 Bulan dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga. Medula, 09(03), 565– 575.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun