" Keterbatasan adalah sesuatu yang diciptakan dari ketakutan dalam diri seseorang." Ignatius Eric Sunarto Banyak dari kalian mengenal siapa saya sebagai orang yang cukup (atau bahkan lebih) bawel dari seorang cowok pada umumnya. Dapat menceritakan bujur sangkar lebih dari sisi kali sisi atau 4 (empat) kali sisi, tapi tahukah saat masih duduk di Sekolah Dasar saya memiliki gangguan berbicara? mengucapkan kalimat dan terhenti serta terbata-bata dalam pengejaan ? Ya, saya seorang yang gagap. Saat itu saya memilih mengurung diri dan menganggap itu sebagai kekurangan yang ada dalam diri saya. Saya lebih memilih untuk tidak bergaul lantaran takut diolok-olok oleh teman sepermainan. Suatu ketakutan terus tumbuh menjadi suatu pribadi yang akhirnya menyudutkan saya dalam keterbatasan. Sampai kapan saya harus terus begini ?? Setahap demi setahap saya berusaha menggemari membaca dan memulai dari membaca dalam hati dan melafalkan kata demi kata. Sungguh aneh dan geli rasanya membayangkan kembali saat itu. Namun saat itu yang membuat saya dapat menulis sekarang ini. Atasi ketakutan yang ada dalam dirimu dan jadilah manusia yang tidak mempunyai batas. Perangi segala kekurangan yang ada dalam dirimu dan cerita kembali, kepada mereka yang mungkin sekarang berada dalam masalah yang sama, ketebatasan. Keterbatasan ekonomi ? Hal ini pula yang banyak terjadi dalam lingkungan sekitar kita. Banyak ibu mengeluh tentang harga sembako, susu, kosmetik dan lain-lain it mahal ? tapi benarkah mahal ? atau daya beli masyarakat kita yang rendah dan terbatas ? Karena jika saya membandingkan dengan negara lain, WOW saya terkejut semua kesan "mahal" menjadi murah. Sungguh amat disayangkan dalam mengatasi keterbatasanya manusia lebih suka memilih jalan pintas menyalahkan keadaan dan tidak ingin keluar dari zona nyamanya. Bagaimana dengan anda ?? Banyak dari kita sudah mengenal betul teori yang ada. Ingin kaya harus kerja keras bla...bla...bla... Namun jika orang-orang itu terus diam, lalu siapa yang harus disalahkan atas kemiskinan mereka? Ingin kaya harus buang gengsi dan irit bla...bla...bla ...? jika mereka terus mempertahankan gengsi dan besar pasak daripada tiang, lalu siapa yang harus disalahkan? Kalimat-kalimat seperti itu terus menyentil dan pikiran saya sekaligus menyindir memberikan pukulan telak bagi saya. Lebih bodoh mana orang yang melakukan kesalahan karena tidak mengetahui atau orang yang melakukan kesalahan padahal sudah jelas apa yang harus dilakukan? Kita tidak dapat memilih dilahirkan menjadi siapa tapi Tuhan sungguh adil memberikan kita semua kesempatan untuk memilih mati sebagai siapa. Karena jika terus menyalahkan keadaan itu berarti kita terus membodohi hidup kita. Perlahan tapi pasti, GAP antara kaya dan miskin semakin jauh melebar. Orang kaya menganggap kegagalan suatu hal yang biasa dan 1 keberhasilan menciptakan kepercayaan diri yang luar biasa. Sedangkan orang miskin terus menganggap kegagalan sebagai suatu takdir yang kejam dan sudah menjadi bagian dalam kehidupan. Saya sangat senang Tuhan memilih saya sebagai seseorang yang memiliki banyak keterbatasan dari waktu dilahirkan hingga sekarang karena itu menjadi suatu anugerah yang bisa saya ceritakan. Jika saya masih miskin sekarang ataupun esok namun saya pastikan saya pastikan tidak akan mati dalam keadaan miskin. " Keterbatasan yang telah kita atasi merupakan suatu anugerah yang dapat kita ceritakan serta menguatkan orang-orang yang kita sayangi." Ignatius Eric Sunarto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H