Dulu, meski aku bukan badut, kau selalu tersenyum dan tertawa melihat tingkah lakuku, Serta guyonanku Dulu, meski bukan mario teguh, kau selalu terkesima dan nasihatkulah yang kau cari, Katamu akulah segalanya
Dulu,meski aku bukan oksigen, tapi kau bilang tak bisa bernafas dan hidup tanpa ku
Sekarang, meski aku jadi badut sekalipun, kau akan menangis dan selalu bersembuyi tak mau melihatku Sekarang, meski aku jadi mario teguh, Kata2ku hanyalah saeperti tokai yang selalu siap di flush dalam jamban "toto" Pergi tak berbekas, hanya terkadang meninggalkan flek cokelat di pinggirnya Sekarang, meski aku jadi oksigen, kau bilang "lebih baik megap2 kaya ikan mas koki tanpa air daripada menjadikanku bagian dari hidupmu" ... Dulu, meski kau berbobot besar seperti tika , kaulah malaikat yang selalu berdiam dalam hatiku Dulu, kau selalu tampak menggairahkan meski tanpa make up, serta lagi lagi wlpn berbobot besar Dulu, kau adalah perhiasan yang berharga dan selalu menjadi harta karun dalam pencarianku Sekarang, meski kau meski adalah malaikat sekalipun, lebih baik ku masuk neraka , dan hidup bersama para pendosa dibanding melihatmu Sekarang, meski kau bintang bokep satu2nya dan hanya dirimu yang hadir dalam setiap episode adegan panas, maka lebih baik ku pergi kesawah, melihat kebo bercinta itu akan terasa lebih menggairahkan Sekarang, meski kau adalah harta atau uang sekalipun, lebih baik ku hidup miskin dan makan gabah sekalian, jauh lebih nikmat dan bahagia ... Dulu, kita harmonis dan banyak yang iri akan kita, selalu tertawa dan bernarsis ria ... Dulu, nama kita sering dikaitkan dengan kisah beauty and the beast modern. Tentu kau yang jadi the beast, tp tengoklah betapa romantisnya kita ... Sekarang, anjing dan kucing saja rukun berteman dan tertunduk malu , kebencian yang kita punya mengalahkan kakek nenek moyang mereka ... Sekarang, kita tetep beauty and the beast, namun dengan alur kisah yang berbeda ... Kau ingin menggores2kan wajahku penuh codet sehingga jadi the beast, dan aku ingin menyiram mukamu dengan air keras, hingga tampak seperti hantu wajah polos.. Ya begitulah, Kita, dulu dan sekarang ... Cinta dan benci , memaksa waktu untuk merubahnya :) Salam, Kompasioner Ignatius Eric Sunarto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H