Mohon tunggu...
Eri Triwulandari
Eri Triwulandari Mohon Tunggu... Lainnya - bekerja di dunia bahasa

Ketika ada sesuatu yang terus berkeliaran dalam benak saya, saya bisa melepaskannya dalam tulisan. Hanya satu yang harus saya lawan: rasa malas. :))

Selanjutnya

Tutup

Film

Pria (Tampan) yang Tak Bersalah

22 Juni 2020   23:22 Diperbarui: 1 Agustus 2020   17:19 1716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Nah, kita beralih ke adegan yang menyentuh hati. Yang paling membekas dan membuat pikiran saya mencerna pelan-pelan adalah saat Seo Eun Gi, yang masih amnesia, terguncang dengan kenyataan bahwa ia tidak tahu apakah Kang Maru itu sosok yang baik atau jahat. Dalam keterguncangan emosinya, ia marah kepada Kang Maru dan menolak untuk makan. Kang Maru menyodorkannya segelas jus. Eun Gi menepiskan gelas itu hingga gelasnya jatuh dan jusnya terserak di lantai. Kang Maru mengambil segelas jus yang baru. Eun Gi kembali menepiskannya. Kang Maru mengganti jus dengan segelas susu. Eun Gi mengambil segelas susu itu, lalu melemparkannya ke lantai. Kang Maru mengambil segelas susu yang baru. Eun Gi melemparkannya lagi dengan lebih keras hingga pecahan gelasnya melukai tangannya sendiri. Dalam adegan itu, Kang Maru ingin menunjukkan bahwa sekeras apa pun ditepis, berapa kali pun ditolak, dan sesakit apa pun perasaannya dilukai Eun Gi, ia akan tetap ada di sisi Eun Gi dan merawatnya. Hal sebaliknya terjadi pada awal hubungan mereka: Kang Maru selalu menepis dan menolak Eun Gi, bahkan menyangkal perasaannya sendiri hingga hatinya luka. Namun, Eun Gi selalu kembali pada hati Kang Maru.

Adegan lainnya adalah saat Kang Maru melarikan Eun Gi dari pernikahan mereka yang digagalkan dengan sengaja oleh Eun Gi. Eun Gi melakukan itu karena ingatannya sudah kembali. Walaupun Eun Gi menutupi kepulihan ingatannya, Kang Maru menyadarinya. Terjadilah adegan yang penuh emosi antara dua orang yang saling mencintai, tetapi saling menyakiti.

Saat Eun Gi menelepon Kang Maru tanpa bicara juga membuat hati meleleh. Eun Gi menelepon Kang Maru saking rindunya, tetapi tidak mau bicara saking bencinya. Jadi, mereka di situ saling bertanya dalam hati saja. Kang Maru “menyimak” keheningan Eun Gi dan baru menutup telepon setelah Eun Gi memutus koneksinya.

Ada pula adegan yang awalnya saya benci, tetapi kok menjadi penuh arti, ya. Adegan itu adalah saat Kang Maru menumpahkan semua luka dan rasa sakit hatinya melihat apa yang telah terjadi antara ia dan Han Jae Hee dan apa yang kemudian terjadi terhadap Han Jae Hee. Dengan segala penyesalan dan pemaafan ia merangkul Han Jae Hee untuk kembali ke jalan yang benar. Bahkan, ia bersedia menerima Han Jae Hee walaupun tanpa cinta yang tersisa dalam hatinya. Adegan ini seperti sebuah pesan bahwa setiap konflik, seburuk apa pun, tetap harus diakhiri dengan damai. Dalam kenyataan mah susah sih.

Ketiga, lagu dan musik latar yang indah dalam drama ini sungguh bagaikan bumbu dasar yang menyerap ke dalam alur cerita. Pilihan XIA Junsu sebagai pembawa lagu utama drama ini harus diapresiasi. Wow, alunan vokal Junsu dalam “Love is Like A Snowflake” gemilang sih menurut saya. Liriknya pun indah. Lagu itu dan beberapa lagu lain serta musik dari drama ini sudah tersusun rapi dalam rak lagu pilhan saya. Dari lirik lagu-lagu itu pula saya mulai mempelajari kata-kata dalam bahasa Korea. Kalau membaca terjemahan liriknya dalam bahasa Inggris, saya yakin ada makna dan nuansa makna dari bahasa Korea yang sulit dialihkan ke dalam bahasa lain. Saya yakin pula bahwa dalam bahasa Korea makna liriknya pasti lebih indah.

Tak ada gading yang tak retak. Anda yang sering menonton drama Korea mungkin sudah paham bahwa untuk menikmati drama Korea, Anda harus menafikan keganjilan dalam beberapa, atau banyak, detail adegan. Kecermatan detail ini sih yang sering luput dalam drama Korea dan membuat penonton mengernyitkan dahi. Namun, dalam “The Innocent Man” ini, bagi saya, kekuatan karakter, adegan yang “berbicara”, dan lagu latar yang membius dapat menutupi beberapa detail yang mengusik.

Catatan lainnya adalah takarir (subtitles). Pilihan kata dan gaya bahasa dalam takarir ini berbeda di berbagai situs drama Korea, tergantung pada tim penerjemahnya. Ada situs drama Korea yang takarirnya mengalir dengan halus dan indah sehingga kita dapat menonton dengan nyaman. Ada (banyak) pula  situs drama Korea yang takarirnya malah mengganggu keasyikan menonton. Jadi, coba saja tonton episode pertama. Kalau takarirnya tidak sreg, pindah situs saja. 

Walaupun sinopsis “The Innocent Man” mungkin tidak menjanjikan dan episode pertamanya mungkin tidak terlalu meyakinkan, tahan dulu saja. Haha. Keasyikan drama ini adalah transformasi karakter utama yang mengalir seturut alur cerita. Boleh juga langsung loncat ke episode keempat belas atau ketujuh belas. Hehe. Itu episode favorit saya. Selamat meretas kejenuhan dalam dunia fiksi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun