Mohon tunggu...
Erfransdo
Erfransdo Mohon Tunggu... Lainnya - Journalist, Traveler

Penggiat aksara dan penggemar tualang | Chelsea fans

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meutis, Healing Time ala Orang Sunda

29 September 2024   13:46 Diperbarui: 29 September 2024   20:54 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang tahu istilah meutis? Mungkin dari kalian ada yang pernah mendengar istilah tersebut, namun ada juga yang belum begitu familier. Jadi, meutis merupakan istilah dalam bahasa Sunda yang merujuk pada kegiatan merujak (memakan rujak). Ada juga orang Sunda yang menggunakan istilah ngarujak dibanding meutis tergantung kebiasaan daerah masing-masing.

Di daerah saya, Sukabumi, biasanya orang-orang suka menggunakan istilah meutis, meskipun beberapa ada juga yang memakai istilah ngarujak. Tapi, kedua istilah tersebut sama-sama memiliki arti makan rujak. Kalian pasti sudah tahu, dong, apa itu rujak? Ya, rujak merupakan makanan yang dibuat dari buah-buahan atau sayur-sayuran yang biasanya dicampur dengan sambal kacang yang sudah diberikan cabai agar pedas.

Bedanya, aktivitas meutis ala orang Sunda biasanya buah-buahan tersebut tidak langsung disiram oleh sambal, melainkan dicocol ke sambal yang sudah disediakan di atas cobek. Jadi, setiap orang akan mencocol buah-buahan yang sudah dipotong kecil-kecil ke atas cobek. Kegiatan meutis ini biasanya dilakukan ramai-ramai agar terasa nikmat dan cepat habis.

Meutis dapat dijadikan ajang untuk healing bersama orang terdekat

Kegiatan ngarujak atau meutis merupakan salah satu bentuk healing time ala orang Sunda. Biasanya sebelum membuat rujak, setiap orang memiliki tugasnya masing-masing. Laki-laki biasanya akan mengambil buah-buahan muda di atas pohon. Tugas perempuan akan mengupas buah-buahan tersebut setelah dicuci sampai bersih. Perempuan lainnya menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sambalnya.

Orang-orang Sunda biasanya meutis di siang-siang bolang ketika cuaca terik. Ada yang meutis di saung, di halaman rumah, atau di tempat lain yang lebih nyaman. Aktivitas meutis bisa dijadikan sebagai healing karena biasanya sambil meutis, sambil ngobrol ngalor-ngidul yang bisa mengurangi penat atau masalah. Kebersamaan dengan teman atau saudara sejatinya memang bisa sebagai penyembuh di kala hati sedang rapuh.

Meutis juga bisa dijadikan sebagai ajang bonding

Bonding merupakan istilah dari ikatan emosional yang terjalin dengan baik antara dua orang atau lebih, entah keluarga ataupun teman. Banyak dari mereka yang melakukan bonding dengan cara menyewa tempat makan atau tempat-tempat yang bersifat private. Namun, nyatanya meutis juga bisa dijadikan sebagai ajang bonding yang tidak memerlukan tempat eksklusif.

Di tempat kerja, saya dan rekan kerja lain pernah melakukan bonding dengan cara meutis di saat jam kerjanya setengah hari alias hari Sabtu. Sebelum pulang, untuk mereka yang tidak ada kesibukan, akan ikut meutis karena seenak itu. Pekerja perempuan sudah membawa bahan-bahannya dari rumah agar ketika di kantor langsung dieksekusi. Laki-laki membantu memotong buah-buahan dan ada pula yang ikut membantu membuat sambal.

Bahkan, sebelum peutis itu siap disantap, sudah ada interaksi positif antara individu satu dengan individu lain. Terlebih ketika sudah siap disantap, semua orang begitu lahap mencocol setiap buah-buahan muda ke dalam sambal yang dibuat dadakan sambil melemparkan canda. Ada beberapa dari mereka yang bahkan tidak kuat menghabiskannya karena sambalnya terlalu pedas. Ada juga yang hanya menggado buahnya saja. Pokoknya, seru, deh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun