Mohon tunggu...
Erfransdo
Erfransdo Mohon Tunggu... Lainnya - Journalist, Traveler

Penggiat aksara dan penggemar tualang | Chelsea fans

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tipe-tipe Penjual Cilok di Kampung Saya

24 Februari 2022   12:03 Diperbarui: 24 Februari 2022   12:12 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau Mang Jaro, biasanya dia suka pakai bambu kentung yang kecil untuk menarik perhatian para pelanggannya. Kalau sudah ada suara itu dengan teriakan khasnya yang, "Ngaloklok ngaloklok", sudah dipastikan bahwa itu adalah Mang Jaro yang sedang berjualan cilok. Kalau bisa saya artikan kata "ngaloklok" itu mempunyai arti ngadahar cilok atau dalam bahasa Indonesia-nya memakan cilok.

Kalau Mang Ciat (penjual cilok Bandung) biasanya pakai sendok besi dan piring. Mirip-miriplah seperti penjual bubur ayam. Bedanya, kalau penjual bubur ayam membunyikan suara itu pagi-pagi, namun kalau Mang Ciat ini biasanya mulai beraksi dari jam setengah tiga sore sampai jam lima sore kalau di kampung saya. Sebelum jam itu biasanya doi suka berkeliling di kampung sebelah terlebih dahulu sebelum ke kampung saya.

Berbeda dengan Mang Ujang (penjual cilok bulat berisi telur) yang sudah agak modernan dikit. Sejak boominnya sinetron Dunia Terbalik, kini Mang Ujang selalu membawa speaker kecil yang disambungkan dengan hape untuk membunyikan suara khasnya Kang Encuy bintang sinetron Dunia Terbalik yang berperan sebagai tukang cilok. Sebelumnya Mang Ujang hampir sama seperti Mang Jaro yang suka membawa kentungan bambu, namun bedanya doi nggak pernah teriak seperti Mang Jaro.

Bercerita/Ngobrol dengan Pelanggan

Seorang pedagang akan jauh lebih dikenal kalau bersikap ramah dengan para pelanggannya, walau hanya sekadar berbincang-bincang santai. Dan hal itu yang dilakukan Mang Jaro ketika berjualan ke depan rumah saya. 

Biasanya blio selalu bercerita harinya berjualan yang kadang laku atau tidak, bercerita tentang politik, berbicara tentang anaknya yang sekolah, sampai menanyakan perkuliahan saya bagaimana. Terlebih Mang Jaro merupakan tetangga saya. Jadinya ya memang terlanjur sudah akrab.

Selain Mang Jaro, beberapa pedagang cilok yang lain pun sering berbaur dengan masyarakat sekitar apalagi kalau sudah menjadi pelanggannya. Bercerita tentang politik dan serba-serbi corona menjadi bahasan yang sering diperbincangkan akhir-akhir ini oleh para pedagang dan masyarakat.

Metode Dagang : Dipanggul atau Didorong dengan Gerobak

Seiring berkembangnya zaman, banyak para pedangang cilok yang sudah beralih ke gerobak modern atau malah membuat kedai sendiri. Namun kalau di perkampungan seperti di daerah rumah saya, para pedagang cilok masih menggunakan gerobak dorong sederhana bahkan masih ada yang dipanggul dengan badannya.

Mang Jaro misalnya, doi masih menggunakan metode panggul di pundaknya. Pantas saja badannya cukup kekar meski kerutan di wajah tidak bisa dihindarkan. Jadinya meskipun tidak sedang ingin jajan (walaupun pada akhirnya ingin juga), kalau sudah melihat semangatnya ditambah keringat di siang terik, saya akan tetap membelinya. Ciloknya enak banget soalnya.

Begitu pula dengan Mang Ujang yang masih memanggul barang dagangannya, ditambah tabung gas elpiji di dalam gerobak panggulnya yang menambah beban gerobak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun