Beberapa hari lalu kebetulan salah satu keluarga saya mengadakan hajatan pernikahan yang hanya dihadiri oleh beberapa rekan mempelai saja karena efek pandemi ini. Prosesi akad berlangsung secara khidmat dengan cuaca yang cerah---secerah hati mempelai.
Pernikahan adalah sesuatu hal yang begitu sakral untuk dilangsungkan. Mengingat pernikahan bukanlah sesuatu yang main-main, melainkan akan berlangsung seumur hidup bersama pasangan. Entah mau taarufan dulu atau pacaran dulu, yang namanya pernikahan itu harus dipikir matang-matang. Supaya nggak menyesal di kemudian hari.
Ada pernikahan, ada juga sesi masak-masaknya. Biasanya sebelum pernikahan dilangsungkan, beberapa hari sebelumnya selalu ada syukuran terlebih dahulu. Nah biasanya emak-emak atau ibu-ibu di kampung si mempelai selalu membantu untuk memasak untuk keperluan berkat (makanan yang diberikan sesudah syukuran). Selain itu juga memasak untuk keperluan ketika prosesi pernikahan guna menjamu para tamu undangan.
Ketika kecil saya selalu ikut ibu saya ketika membantu memasak di hajatan tetangga. Namanya ibu-ibu ya pasti selalu ada bahan obrolan agar tidak begitu kaku. Masa iya masak sambil diem-dieman. Kan nggak afdal dong, apalagi ibu-ibu. Begitu pula ketika beberapa waktu lalu keluarga saya yang hajatan. Saya pun sesekali mendengarkan percakapan para ibu yang membantu keluarga saya memasak.
Dari pengalaman saya sering diajak ibu saya ke rumah tetangga untuk membantu memasak dan terakhir kemarin ketika keluarga saya mau nikahan, menurut saya ada beberapa obrolan ibu-ibu ketika membantu memasak di rumah tetangga yang nggak bakalan kehabisan topik.
Berdebat soal harga rempah-rempah di pasar
Sudah berpengalaman dalam dunia permasak-masakan, ibu-ibu hafal betul mengenai harga bahan masakan di pasar atau di warung. Mulai dari harga kentang sekilonya berapa, harga ikan asin, harga jengkol, harga cabai seperempat kilo, apalagi harga beras di pasar. Pokoknya harga sembako sudah jadi pengetahuan yang melekat di kepala ibu-ibu.
Kalau ada perbedaan harga antara di tempat satu dengan tempat lainnya, biasanya ibu-ibu akan mikir keras "kok kenapa bisa beda?". Biasanya mereka akan berdebat mengenai alasannya sampai-sampai harus menyalahkan pemerintah. Lah kok? Kok lah?
Apa pun masalahnya, pemerintah yang tetap disalahkan. Hahaha.
Ngomongin anaknya masing-masing