Semenjak Sekolah Dasar, saya sekeluarga pindah rumah ke daerah yang cukup jauh dari perkotaan. Jika ingin ke kota harus menempuh perjalanan beberapa jam. Biasanya kami ke kota hanya untuk membeli perlengkapan lebaran atau berkunjung ke rumah kerabat. Namun seiring berjalannya waktu, kini di daerah pedesaan pun sudah maju perlahan-lahan dari segi infrastruktur dan juga pendidikannya.
Berbeda dengan di kota, di daerah pedesaan sebagian besar jalan perumahannya masih berupa tanah, hanya sebagian saja yang sudah di hotmik. Dengan begitu para anak kecil masih bisa bermain kelereng atau permainan tradisional lainnya meskipun kini sudah agak tergerus dengan permainan yang serba online.
Dulu ketika masih sekolah, saya seringkali bermain bersama teman-teman ke sungai atau dalam bahasa Sundanya wahangan. Airnya masih cukup jernih dan segar, kami pun sering memancing ikan di sana menggunakan pakan seadanya. Atau kadang-kadang sering mencari kepiting atau keuyeup di sekitar sawah meskipun kini sudah jarang dilakukan oleh anak-anak.
Hidup di kota memang enak serba modern, dekat dengan mal-mal, bioskop, dan tentunya juga restoran-restoran yang mahal. Namun di daerah pedesaan yang jauh dari kota, kita bisa menikmati keindahan alam yang alami dan tentunya masih bisa menghirup udara segar tanpa polusi yang berlebihan. Selain itu, masih ada beberapa kenikmatan lain yang saya rasakan ketika hidup di daerah pedesaaan.
Kekeluargaannya Erat
Ketika memutuskan untuk pindah rumah ke desa, saya nangis seharian karena tidak ingin meninggalkan kota dan takut tidak betah dengan suasana di kampung. Namun saya keliru, belum satu minggu saja saya sudah bisa mendapatkan teman sebaya yang sudah menganggap saya seperti keluarga sendiri. Meskipun belum kenal betul, namun saya merasa nyaman dengan perlakuan teman-teman baru saya, terlebih saya bisa menikmati permainan yang jarang saya lakukan di kota dulu.
Nampaknya hal itu bukan hal yang aneh, sebab sebagian besar rumah-rumah di kampung itu antara satu rumah dengan rumah lain yang berdekatan biasanya merupakan satu keluarga besar. Atau kalau bukan saudara/keluarga sekalipun, masyarakat di kampung itu biasanya sangat erat kekeluargaannya hingga tidak ada sifat keapatisan masyarakatnya. Namun karena hal itu, terkadang selalu ada perselisihan di antara keluarga meski pada akhirnya selalu bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan.
Sifat Gotong Royong yang Kuat
Jika ada kegiatan membangun masjid, membuat saluran air, mengaspal jalan desa, sampai menyambut 17 Agustusan pun, semua warga 1 RW pasti ikut terlibat langsung membantu keberlangsungan kegiatan.Â
Entah muda atau tua, semuanya bergotong royong tanpa melihat status. Biasanya kalau ada gotong-royong begitu, ibu-ibu selalu menyediakan makanan untuk para bapak-bapak. Sifat solidaritasnya bisa dikatakan tinggi.