Bagi saya, rumah atau kosan adalah surganya sampah. Rata-rata para penghuni kosan biasanya mahasiswa, perantau, atau pekerja yang belum berkeluarga. Baik laki-laki maupun perempuan pasti ada saja yang enggan atau malas untuk membuang sampah pada tempatnya terlebih di kosan. Meskipin sudah disediakan oleh ibu kos tempat sampah, namun pasti ada beberapa sampah yang tersisa di dalam kos, terutama sampah plastik. Soalnya saya juga begitu. Hehe.
Sampah sudah menjadi masalah lingkungan sejak lama. Minimnya kesadaran masyarakat akan kelestarian lingkungan membuat sampah-sampah berserakan di mana-mana. Terkadang membuang sampah sembarangan sudah menjadi kebiasaan masyarakat kita, baik anak-anak hingga dewasa.Â
Meskipun terlihat agak sepele, namun kebiasaan membuang sampah sembarangan akan berdampak buruk terhadap lingkungan dengan jangka waktu yang lama.
Saya teringat ucapan guru saya saat sekolah bahwa sampah tidak mempunyai tangan dan kaki untuk berjalan menuju tong sampah. Maka dari itu kitalah yang membantunya untuk menuntun ke tempat semestinya. Agak nyeleneh, namun maknanya sungguh dalam.
Sebagai mahasiswa, saya melihat bahwa fenomena sampah ini menjadi masalah yang cukup serius. Meskipun di depan kosan disediakan tempat sampah, namun saya merasa kurang puas karena bagaimana saampah-sampah itu akan berakhir. Karena saya adalah tipe orang yang tidak ingin kotor dan selalu ingin terlihat bersih, maka ide untuk membuat ecobrick pun muncul.
Bagi kalian yang masih asing dengan ecobrick, singkatnya ecobrick ini adalah kegiatan mengumpulkan sampah plastik atau non-biologis atau non-limbah yang dipadatkan di dalam botol plastik. Seperti misalnya sampah berupa cangkang permen atau bungkus kopi dan semacamnya. Jadi sampah-sampah seperti itu jangan kita buang, melainkan kita jadikan sebagai bahan membuat ecobrick.
Setiap orang pasti sesekali membeli minuman botol plastik yang ketika habis tidak akan terpakai lagi. Nah botol-botol plastik itulah yang akan dijadikan tempat untuk memadatkan sampah,sampah plastik yang lain. Di kosan, saya sengaja mengumpulkan banyak botol plastik bekas untuk saya jadikan sebagai ecobrick. Saya terinspirasi dari kegiatan saat mengikuti kampanye zero waste pada semester awal kuliah.
Karena gabut setelah mengerjakan beberapa pekerjaan, maka saya pun berinisiatif untuk mengumpulkan sampah-sampah plastik. Di situ saya mulai untuk mengguntingnya dengan bentuk yanh kecil-kecil. Saya juga mengumpulkan kertas-kertas atau koran yang sudah tidak terpakai lalu mengguntingnya. Messkipun terlihat agak ribet, namun jujur hal itu sangat menyenangkan. Setidaknya dapat menjadi produktif dan juga membantu masalah lingkungan yang ada di sekitar.
Saat sampah-sampah plastik tersebut sudah dipotong kecil-kecil maka langkah selanjutnya adalah memasukkan potongan-potongan tersebut ke dalam botol plastik yang sudah disediakan. Masukkan dan padatkan menggunakan alat bantu berupa kayu atau apapun hingga penuh sampai ketika botol tersebut dipencet tidak akan kempes dan tidak mengeluarkan suara.Â
Ecobrick yang sangat padat adalah ecobrick yang baik. Meskipun akan cukup lelah karena menggunting dan memadatkan, tapi kegiatan itu bagi saya cukup mengasyikkan.