Mohon tunggu...
erfina nagata
erfina nagata Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kebahagiaan yang Tak Abadi

31 Oktober 2015   17:47 Diperbarui: 31 Oktober 2015   17:52 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Kamu sadar tidak Cit? Sebenarnya kita itu bisa jadi teman yang baik.Bukannya sering ribut seperti saat kita ada proyek dulu.”
“Iya juga ya?kenapa dari dulu kita sering bertengkar kalau sebenarnya dapat saling berteman.”
“Bagaimana kalau kita sepakat untuk jadi teman yang baik mulai detik ini? Setuju?”
“Oke,setuju.”

Sejak saat itu hubunganku dengan Andre menjadi lebih dekat dan akrab.Kita sering bekerja kelompok bersama,berbagi informasi tentang kampus,jalan bersama,dan menghabiskan waktu untuk saling bercerita.Hidupuku di Belanda lebih terasa indah kini.Andre mengajarkan banyak hal padaku.Hingga tidak terasa usai sudah waktuku untuk menuntut ilmu disini. Aku telah dinyatakan lulus dan mendapat gelar S1.Hari Rabu lusa aku akan kembali ke Indonesia.Dan malam ini Andre akan mengajakku untuk makan malam mungkin ini dalam rangka perpisahanku.Dia baru kembali ke Indonesia 2 bulan lagi karena dia masih mempunyai kontrak kerja juga di Belanda.Tepat jam 8 malam Andre menjemputku, dia membawaku pergi restoran khas Belanda dan semua menunya masakan Belanda.Seusai makan dia baru memulai berbicara.

“Tidak terasa ya Cit?dulu kita saling bertengkar terus bisa berteman hingga sekarang kamu harus balik ke Indonesia.”
“Iya betul,waktu terasa cepat jika kita melaluinya bersama.”entah mengapa jantungku berdebar kencang.
Selama ini mungkin aku tidak menyadari jika aku sayang pada Andre karena kenyamanan dan ketulusan yang ia berikan.Yang jelas aku tidak tahu apa ini cinta.Semua tidak membutuhkan alasan jika memang aku cinta padanya.Entah aku tak tahu apakah Andre merasakan hal yang sama.
“Citra, boleh tidak aku mengatakan yang sejujurnya padamu?”
“Sebagai temanmu sudah seharusnya bukan kamu bercerita dengan jujur?”
“Baiklah, jadi sebenarnya aku bingung untuk memulai darimana.Tapi baiklah,aku ingin mengatakan yang sejujurnya bahwa aku mulai menyayangi dan mencintaimu Citra.Aku tidak ingin kehilanganmu, entah aku merasa nyaman di dekatmu atau karena sikapmu.Aku tidak ingin memaksakan perasaanku juga,aku hanya ingin tahu bagaimana dengan perasaanmu?”
“Aku juga nyaman dekat denganmu Andre,tapi aku belum dapat mengartikan perasan ini.Aku akui jika aku memang sangat kehilanganmu jika kita berpisah tapi aku tak mungkin dapat bersatu denganmu karena suatu sebab.Sebelum kamu menyesal karenaku,lupakan saja perasaan itu seiring kepergianku.Kamu akan mendapatkan perempuan yang lebih sempurna daripada aku.”
“Mengapa kamu berkata seperti itu Citra?aku tidak menginginkan kesempurnaan,aku hanya ingin kamu melengkapi hidupku.”
“Tapi aku todak dapat melakukannya karena aku juga tak yakin jika hidupku akan bertahan lama, hidupku mungkin hanya kurang sesaat.”
“Apa maksud perkataanmu Citra?kamu tidak boleh berkata seperti itu!”
“Aku memang berkata yang sebenarnya Andre, aku ingin jujur padamu aku mengidap penyakit alzheimer.Penyakit ini dapat menyerang sarafku kapan saja dan itu dapat menyebabkan ingatanku hilang,halusinasi,bahkan kematian mendadak.”
“Kamu yakin? apapun kondisimu rasa ini tak akan pernah hilang Citra, aku ingin agar kamu dapat bertahan.”
“Aku tidak ingin membuatmu menyesal Andre, tolong jangan paksakan ini.Aku akui aku juga sayang padamu namun aku tak akan bisa membuatmu bahagia.”

Aku langsung bergegas pergi meninggalkan restoran dengan mata berkaca-kaca. Aku juga tidak menyangka jika hubunganku dan Andre harus terjadi seperti ini.

Kepulanganku di Indonesia disambut bahagia oleh seluruh keluarga apalagi aku juga mendapat kabar bahagia dari hubungan Diandra dan Alex. Mereka telah kembali bersatu dan merencanakan pernikahan.Aku kembali teringat peristiwa antara kita bertiga dulu, namun semua telah ku ikhlaskan tiada lagi rasa itu, aku turut senang mendengar kabar bahagia dari sepupuku.

Aku kembali menceritakan semua kejadian di Belanda yang membuat aku bingung hingga saat ini. Aku hanya bisa menumpahkan tangisan pada bunda dan Diandra mereka begitu tidak tega melihat keadaanku sekarang.Diandra begitu percaya bahwa Andre benar-benar mencintaiku dengan tulus tapi aku tidak yakin pada diriku sendiri.Hingga sekarangpun aku tak dapat melupakan bayang-bayang Andre.

Waktu semakin berlalu,hingga tiba pada hari pernikahan Alex dan Diandra. Sedangkan aku masih tetap dalam keadaanku.Diandra merasa begitu bersalah karena janji pernikahan bersama kita tak dapat terwujud. Namun aku telah meyakinkannya aku akan baik-baik saja.Tibalah di acara puncak pernikahan Alex dan Diandra, aku sibuk menjadi penerima undangan.Tapi hal aneh menyerang tubuhku tiba-tiba aku merasa sangat pusing dan sakit kepala. Aku tak dapat ingat dan melihat dengan jelas apapun . Tiba-tiba aku merasa tubuhku hilang keseimbangan dan blarrrr..........!!!!!

Aku terbangun seperti dari mimpi yang sangat panjang namun aku sulit untuk mengucapkan kata-kata. Aku hanya dapat menatap sekelilingku dengan bingung,aku tidak asing dengan ruangan yang serba putih dan aroma obat-obatan yang sangat kental. Astaga! Aku berada di rumah sakit. Aku melihat bunda yang sangat cemas,Alex dan diandra yang masih memakai pakaian pengantin, dan aku terkejut melihat kedatangan Andre. Ingin rasanya aku segera berkata dan menanyaan apa yang terjadi, namun kepalaku semakin sakit.

“Citra,kamu baik-baik saja kan sayang?”bunda mulai berkata.
“Citra kamu harus kuat melawan penyakit kamu, kita akn sama-sama merasakan kebahagiaan, jadi percayalah Citra aku selalu bersamamu.”Diandra berkata sambil menangis.
Ku lihat bunda juga menangis menumpahkan begitubanyak air mata. Semua orang menatap sedih melihat keadaanku sekrarang.

“Hai Citra! bagaimana keadaanmu sekarang? Aku percaya kamu baik-baik saja kan? Aku akan membantumu untuk sembuh Cit,karena aku sayang sama kamu,dan aku tak ingin kehilanganmu.”ucap Andre.
Tapi aku menatap kehadirannya dengan bingung,hingga Diandra menjeaskan bahwa dialah yang mengusulkan kehadiran Andrian disini untuk menjadi kejutan spesial buatku di hari bahagia Diandra. Aku mulai mencoba berkata.
“a..ku.. ju..ga sa..yang sa..ma kamu An..dre, ma..afkan a ku ya..” ucapku terpatah-patah.
“Kamu tidak perlu meminta maaf Citra aku menyanyangimu dalam apapun keadaanmu sekarang ini.”

 Tiba-tiba Andre menggenggam tanganku sambil menawarkan sebuah cicin berhiaskan berlian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun