Mohon tunggu...
erfina cahya
erfina cahya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga yang mengerjakan banyak hal

suka berpetualang dan mengenal hal baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Korban Speak Up Tuntut Keadilan, Hujatan Datang Menghampiri

24 Juli 2024   16:50 Diperbarui: 24 Juli 2024   17:02 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dari pengalaman sebagai pendamping korban kekerasan atau pelecehan seksual  pada perempuan  (anak perempuan dan perempuan difabel), ada satu masalah serius yang muncul saat korban berani speak up yakni bully-an atau hujatan yang diterima korban. Korban kekerasan atau pelecehan seksual pada perempuan, selain harus menghadapi trauma dari peristiwa yang dialami, mereka rentan menjadi sasaran bully atau intimidasi setelah mengungkapkan atau mencoba melaporkan kekerasan yang dialami.  

Terlebih jika kasus tertangkap media dan viral baik di media cetak, televisi atau bahkan media sosial. Semua orang yang melihat dan mendengar kabar tersebut dapat memberikan komentar beragam, tak luput justru hujatan ditujukan pada korban tersebut dengan alasan-alasan yang sangat tidak masuk akal. Hal ini pernah dialami oleh salah satu korban kekerasan dan pelecehan seksual seorang pelaku seni di kota Y. Komentar netizen berupa hujatan dan bully-an justru ditujukan kepada korban dengan dalih pekerjaan yang dilakoni korban, mirisnya lagi ditulis oleh perempuan. Maka, slogan Women Support Women tak lagi penting saat ini.

Keberanian korban untuk speak up acap kali mendapat hujatan yang menyakitkan, padahal dengan bicara lantang korban menuntut keadilan atas peristiwa yang dialaminya. Tentu tidak ada perempuan yang mau dilecehkan atau erluka fisik serta batinnya. Mari tengok kembali hujatan dan komentar buruk yang ditujukan pada korban akan menyebabkan beberapa hal berikut ini: 


Stigma atau Stereotip Buruk
Masyarakat seringkali memiliki stereotip atau stigma terhadap korban kekerasan, seperti menyalahkan korban atas pakaian, pekerjaan, sikap atau lingkungan. Hal ini dapat menyebabkan korban menjadi sasaran kejahatan lain berupa bully atau makian. 

Penindasan dan Balas Dendam
Pelaku kekerasan atau pihak yang terkait akan sangat mudah melakukan intimidasi terhadap korban sebagai bentuk balas dendam atau untuk mencegah korban mencabut laporan. Sangat memungkinkan pelaku menggunakan cara-cara licik untuk membuat korban dan keluarganya ‘down’ dan kerap kali korban ketakutan untuk melanjutkan kasus di ranah hukum. 

Ketakutan dan Trauma 

Bullying terhadap korban kekerasan atau pelecehan seksual dapat menghambat trauma healing bagi korban.  Korban merasa takut dan tidak percaya diri ketika harus kembali ke aktivitas sehari-hari.

Untuk mengatasi masalah tersebut, penting bagi kita untuk mulai meningkatkan kesadaran tentang masalah kekerasan terhadap perempuan serta dampaknya bagi korban dan keluarganya. Korban masih memiliki harapan untuk melanjutkan kehidupan dengan lebih baik. Dukungan yang kuat kepada pihak korban, baik secara emosional dan pendampingan hukum agar korban dan keluarga merasa aman. 

Korban kekerasan dan pelecehan seksual pada perempuan sangat membutuhkan lingkungan yang mendukung dan aman untuk dapat menceritakan pengalaman mereka tanpa takut menjadi sasaran bully atau intimidasi lebih lanjut. Hal ini merupakan tanggungjawab bersama untuk menciptakan masyarakat yang aman bagi semua. Dukungan penuh bagi korban yang perempuan yang melaporkan adalah langkah penting dalam mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan berempati. Kenal atau tidak kenal dengan korban, tak ada kata yang lebih tepat selain berpihak pada korban. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun