Penulis :
Dr. Ira Maerani S.H, Â M.H(Dosen FH Unissula)
Ahmad Erfan (Mahasiwa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia)
Brandon (nama samaran) seorang anak Sd berumur 10 tahun, dengan sedemikian rupa. Masa kecil yang kurang elok baginya, jarang di perhatikan hingga dia tidak bisa naik kelas. Saat itu ibunya mulai memperhatikan tentang kebersihan dan kerapian saat Brandon berangkat ke sekolah, dia mulai senang hingga pada suatu saat ayah dan ibunya bertengkar hebat di depan matanya hingga mau bercerai pada saat itu. Kejadian seperti itu di pengaruhi oleh ibunya Brandon yang selalu saja ikut campur keluarga ibunya.
Pada saat itu mental Brandon sangat hancur, dan baiknya dia bisa bersikap seakan baik-baik saja. Sekolahnya tetap berjalan baik, dengan berjalanya waktu keluarganya mulai harmonis dan kejadian saat itu telah usai. Kini Brandon telah lulus Sd pada tahun 2012. Dia melanjutkan sekolah di luar daerahnya (luar kota) dan pada saat itu Brandon dengan semangat sekolah sambil mondok, karena orang tuanya bekerja dan Brandon di titipkan di pondok pesantren dengan tujuan agar Brandon menjadi anak yang Sholeh. Tapi tu tidak bertahan lama dan ternyata Brandon masih ada trauma dia takut dunia luar dia takut dengan orang baru.
Selepas itu Brandon di jenguk orang tuanya dan saat itu juga Brandon  mengadukan keadaanya kepada kedua orang tuanya. Merasa tidak tega, Brandon pun di boyong sama orang tuanya dan pamitan dengan pihak pesantren. Seiring waktu Brandon tumbuh besar, dia mulai mengenal lawan jenisnya, dia mencintai satu wanita di sekolahnya berama mira, teman Brandon di sekolah. Hingga lulus Smp mereka berdua masih berteman dengan baik. Hingga di sekolah mereka yang baru, brandon sedikit demi sedikit mulai menunjukan sifat yang berbeda, dia mulai menunjukan rasa suka pada Mira. Hingga Brandon memberanikan dirinya untuk menyatakan cinta kepada sahabatnya sendiri. Mira pun dengan tanggapan yang baik menerima cinta Brandon.
Brandon yang selalu nyaman dengan Mira yang kini telah menjadi kekasihnya, hari demi hari pun berlalu. Hingga suatu ketika Brandon kecelakaan dengan adik kelasnya sendiri.masalah pun mulai datang, uang mulai terkuras karena kejadian kecelakaan tersebut. Brandon yang merasa bersalah kepada orang tuanya dan selalu menyendiri, tidak di sengaja olehnya mental yang dulu pernah sakit kini kembali mulai kambuh lagi, tapi itu tidak terlalu di ketahui oleh orang sekitarnya. Tak berjarak lama Brandon kembali mengalami kecelakaan dan kejadian itu membuatnya dia dan keluarganya hancur secara ekonomi, karena di peras habis oleh korban.
Dia mulai menangis di setiap malamnya, sampai dia merasa sangat tidak berguna. Tapi dia tidak lupa kepada tuhannya. Setiap malam dia sholat mengadu, bercerita kepada tuhannya, menangis di atas sajadah dan meminta jalan keluar atas masalahnya. Merasa mental dia sangat hancur lebur, Mira yang tiba-tiba memutuskan untuk menyudahi hubunganya, Brandon yang masih sangat mencintainya tidak mau berpisah dengan Mira. Tapi dia sadar diri dan menghargai keputusan Mira.
Brandon yang mulai dewasa atas kejadian masalahnya yang sungguh bertubi-tubi dia mulai sadar, dia telah jauh dari tuhanya, mencintai sesama hambanya dengan begitu berlebihan. Dia mulai rajin sholat tiap waktu sambil menyembuhnkan mentalnya. Dia mulai konsul ke ahli psikolog, ber ikhtiar dan meminta ketenangan hati. Kini dia tumbuh menjadi seorang lelaki yang dewasa, giat belajar, dan selalu taat dengan ibadahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H