"Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tapi tidak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan “ (Hukum Kekekalan Energi).
Badai salju yang terjadi di Eropa dan Amerika dipenghujung tahun 2010 beberapa waktu lalu yang kualitasnya melebihi keadaan tahun-tahun yang lalu, bahkan anomali hujan salju di Australia yang mestinya musim panas dan turunnya butiran salju di Gunung Kerinci adalah salah satu kenyataan anomali atau ketidak normalan cuaca atau iklim yang terjadi saat ini di dunia. Munculnya cuaca dari panas kemudian dengan tiba-tiba berubah menjadi hujan disertai angin kencang merupakan fenomena sehari-hari yang terjadi di Indonesia pada beberapa bulan terakhir ini. Jika anda masih ingat pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau Geografi saat Sekolah Menengah Pertama mengulas bahwa Indonesia mempunyai dua musim yaitu musimkemarau yang berlangsung pada bulan Juni sampai Oktober dan musim penghujan yang berlangsung pada bulan November hingga Mei, akan tetapi saya teramat yakin jika kita bersama mengamatiacuan musim dan bulan tersebut saat ini menjadi tidak sesuai lagi adanya. Suka tidak suka hal-hal itu adalah pengaruh dari pemanasan global atau lebih dikenal sebagai global warming.
Pemanasan global sendiri didefinisikan sebagai kenaikan temperatur atmosfer dan permukaan bumi yang meliputi daratan dan lautan yang sebagian besar dipengaruhi oleh efekrumah kaca. Bumi dikelilingi oleh lapisan udara yang bernama atmosfer yang mempunyai fungsi salah satunya melindungi bumi dari pengaruh buruk sinar matahari yaitu sinar ultraviolet. Sinar matahari yang jatuh ke bumidalam bentuk energi 25% akan dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25% diserap oleh awan, 45% diserap oleh permukaan bumi dan 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.Efek rumah kaca dapat dianalogikan seperti kitaberada di dalam sebuah ruangan atau kamar yang seluruhnya terbuat dari kaca dan terkena panas sinar matahari, dimana sinar matahari dapat masuk ke dalam ruaangan dan panas yang dihasilkannya terjebak didalamnya tanpa dapat keluar lagi dari ruangan itu sehingga suhu ruangan itu semakin tinggi. Adapun gas-gas yang ada di atmofer yang memberikan efek rumah kaca pada bumi adalah karbondioksida, metana, sulfurdioksida dan nitrogen monoksida. Adapun gas CFC atau kloroflurocarbon adalah gas yang merusak lapisan ozon di atmosfer yang mempunyai fungsi memantulkan kembali sinar ultraviolet yang dipancarkan matahari menuju ke bumi. CFC adalah gas yang digunakan dalam industri penghasil alat-alat pendinginseperti air conditioner dan refrigerator. Namun sejak tahun 2007 CFC sudah dilarang penggunaannya oleh Indonesia dan negara-negara lain sesuai dengan Kesepakatan Montreal, namun efek yang ditimbulkannya berpengaruh sampai pada saat ini.
Gas metana atau CH4 selain dihasilkan dari gas alam juga dihasilkan dari proses pembusukan sampah organik dan tentu saja pembusukan daun-daun yang berasal dari penebangan hutan, serta dari lahan gambut. Itulah mengapa penebangan hutan secara serampangan memberikan kontribusi terhadap naiknya kandungan metana di atmosfer.Adapun gas karbondiaoksida dihasilkan dari proses pembakaran, baik pembakaran minyak bumi maupun batubara juga pembakaran batu kapur. Sebagai contoh pembakaran 1 liter bensin yang mengandung 88 persen isooktana (C8H18) dan sisanya mengandung 12 persen heptane(C6H16) akan menghasilkan 2 kg karbondioksida. (dengan asumsi terbakar sempurna). Jadi dapatlah kita mengimajinasikan berapa ribu ton karbondioksida yang dihasilkan jika berjuta liter bensin dibakar untuk menjalankan mobil atau sepeda motor setiap harinya di dunia ini, belum termasuk pembangkit tenaga listrik, pabrik dan lainnya yang juga menggunakan batu bara. Adapun reaksi kimia pembakaran bensin adalah:
C8H18+12,5 O2->8 CO2 +9 H2O
C6H16+10 O2->6 CO2+8 H2O
Dan reaksi kimia pembakaran batubara adalah:
C+O2->CO2
Secara sederhana, jika reaksi pembakaran berlangsung sempurna maka1 ton batubara dengan kandungan karbon sebanyak 80 persen akan menghasilkan 2,9 ton karbondioksida.
Alam sendiri sebenarnya sudah menetapkan pola kesetimbangannnya yaitu peemanfaatan gas karbondioksida dalam proses fotosintesa yang terjadi pada dedaunan yang didefinisikan suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi berupa glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Adapun reaksi kimia fotosintesa yang terjadi di dedaunan hijau adalah:
6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2
Reaksi fotosintesa ini sangat besar manfaatnya karena mengurangi karbondioksida di atmosfer, menambah kandungan oksigen di udara dan menghasilkan glukosa untuk kebutuhan hidup tanaman.Maka alangkah serakah dan bodohnya manusia jika melakukan penebangan hutan secara serampangan tanpa melakukan penanaman kembali alias illegal logging, karena disamping menghilangkan peluang reduksi gas karbondioksida melalui proses fotosintesa juga akan menambah gas metana akibat pembusukan daun-daunan dari pohon-pohon yang ditebang itu, apalagi jika konversi hutan menjadi lahan perkebunan itu dengan cara pembakaran, maka lengkaplah sudah penambahan gas karbondioksida di atmosfer.
Naiknya suhu permukaan bumi akibat efek rumah kaca atau disebut juga dengan The Greenhouse Effect menyebabkan es di kutub utara dan selatan mencair sehingga permukaan air laut naik atau meningkatnya volume air laut. Dampak dari temperature yang naik dan volume air laut yang naik ini adalah meningkatnya kandungan uap air yang terjadi di atmosfer karena penguapan air laut, ditambah dengan lubang kerusakan ozon dilapisan atmosfer yang selalu bergerak dinamis ini, menyebabkan pada suatu tempat atau wilayah terjadi perbedaan suhu yang cukup ekstrem. Udara permukaan bumiatau angin akan selalu bergerak menuju ke tempat yang mempunyai tekanan lebih rendah, perbedaan tekanan udara inilah yang menyebabkan pergerakan angin, hujan dan salju yang bahkan sulit sekali diprediksi sebelumnya.
Jangka panjang dari pemanasan global ini adalah kehancuran secara perlahan umat manusia apabila tidak ada langkah-langkah positif darinegara-negara berkembang dan negara-negara maju, seperti halnya kita ketahui bersama tarik ulur kepentingan terhadap pemanasan global ini mengerucut antara negara berkembang berhadapan dengan negara maju disisi lainnya (khusus hal ini akan saya bahas tersendiri pada postingan yang akan datang). Iklim yang ekstrem dan cuaca yang berganti-ganti dengan cepat secara langsung membuat musibah banjir bandang, badai salju dan kekeringan yang pasti menelan korban jiwa. Selain itu akan mengganggu pola tanam dan panen pertanian, dan kelak dikemudian hari jika tidak tertangani akan menyebabkan rawan pangan, dan ketika hal itu sudah terjadi maka kematian umat manusia secara perlahan dan massal hanya tinggal menunggu waktu saja. Untuk menangani hal-hal tersebut perlu adanya sinergi antara pemerintah dan warganya dengan program-program yang konkret,efektif,efesien dan terukur, bukan hanya sebatas omong kosong dan berwacana saja.
Ada banyak energi alternatif yang belum dioptimalkan penggunaannya yaitu energi angin, panas bumi dan sinar matahari itu sendiri, dimasa yang akan datang energi-energi alternatif ini yang mestinya menjadi tulang punggung memenuhi kebutuhan energi umat manusia. Seharusnya Indonesia dapat mengoptimalkan potensi yang ada ini dan melepaskan diri dari ketergantungan terhadap minyak bumi, gas dan batubara, entah apakah memang dikondisikan sedemikian rupa sehingga energi-energi alternatif ini tidak tergarap dengan baik.Walahuallam.
Semoga postingan ini dapat menambah wawasan dan membuat kita lebih arif dan bijaksana dalam mengelolasumber daya alam.
Ilustrasi :
lifesufficiency.com,theluckiestman21.wordpress.com,michaelciliqstation.blogspot.com
Sumber olah data:
kompas.com,id. wikipedia.org, detik.com, Intergovernmental Panel on Climate Change.
Salam Hangat Kompasiana
Erfan Adianto
Seorang buruh biasa.
-----------------------------------------------------------
Postingan sahabat-sahabat saya yang tidak kalah menarik untuk dikaji:
BungOlas Novel: Musang Berbulu Domba, Kavling Kekuasaan
Teteh Della Anna: Lumpuhnya Institusi Hukum Indonesia
Odi Salahuddin : Hanya Ada Satu Kata: Lawan!
Postingan saya terdahulu dan asli hanya di Kompasiana
Luar Biasa, 1138 Postingan Hanya Dalam waktu 12 Jam
Tim Sepak Bola dan Ilmu Pengetahuan
Apakah Anda Konsumen Irasional?
“Merpati Tak Pernah Ingkar Janji”
Dimana Posisi KRMT Roy Suryo Notodiprojo?
Bencana Alam, Ilmu Pengetahuan dan Korupsi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H