Olahraga nomor 1 dunia tidak perlu diragukan lagi, selain olahraga, politik bahkan bisnis selalu dikaitkan dengan sepakbola.
Ajang Piala Dunia 2022 di Qatar pun sangat nampak permainan para kepentingan yang duduk di kursi sambil tongkat dagu dengan melihat permainan gelap apa yang akan dilakukan.
Gugurnya para timnas yang tidak seharusnya terjadi seperti Ekuador, Mexico, Jerman, Belgia dan Uruguay dapat menunjukkan berapa kerasnya sepakbola-politik di Asia.
Saat ini jamannya dimana  keringat, tenaga dan darah tak berarti jika money politic berbicara maka usailah sudah usaha para pejuang negara.
Dampaknya nampak jelas kemarahan Romelu Lukaku Bolingoli dan Edison Roberto Cavani Gomez pada laga pekan ketiga babak penyisihan.
Kemarahan Romelu Lukaku Bolingoli atau sering disapa Lukaku nampak saat Belgia hanya meraih hasil seri 0-0 kala kontra Kroasia.
Eks pemain Manchester United ini memukul dan memecahkan kaca bench timnas Belgia. Rasa kekecewaannya karena timnas Belgia harus gugur dan tidak lolos 16 besar karena hanya memperoleh 4 poin dari 3 kali bertanding
Timnas Belgia hanya berada diurutan ketiga group F, sedangkan yang lolos ke 16 besar timnas Maroko dengan 7 poin dan Kroasia 5 poin.
Begitu juga dengan Edison Roberto Cavani Gomez atau sering disapa Cavani terlihat saat timnas Uruguay kontra Ghana yang berakhir 2-0 untuk kemenangan Uruguay.
Kendati menang, namun Uruguay harus gugur karena hasil pertandingan lain Portugal kalah 2-1 dari Korea Selatan.