PAPUA - Kebudayaan masyarakat Papua yang sangat identik dengan laki-laki. Sosok laki-laki dianggap sebagai pemimpin disemua bidang. Istilah yang sering disebut 'Saya Bangga Menjadi Laki-laki Asli Papua' artinya semua individu di Papua selalu bersyukur menjadi laki-laki asal Papua dan para orangtua selalu bangga memiliki anak laki-laki.
Catatan emas ibu Kartini dan kepimpinan presiden kelima Indonesia, Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri atau sering disapa ibu Mega tak mempengaruhi kultur di Papua.
Sejak Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) tahun 1969 dan Papua yang saat itu masih disebut Irian Jaya terintegrasi ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan saat itu kepemimpinan dan kultur yang yang masih terbawah bahwa laki-laki adalah sosok kepala atau pemimpin dan perempuan tidak boleh melebihi kapasitasnya diatas laki-laki.
Juga budaya patrilineal yang masih dipegang kuat oleh masyarakat Papua bahwa garis keluarga dan kepemimpinan berasal dari laki-laki.
Sejak tahun 1956, tanah Papua sudah dipimpin oleh 13 sosok pria hebat mulai dari Zainal Abidin Syah (1956) hingga pada Lukas Enembe (2022) dan belum ada sosok Megawati yang mau memimpin Papua karena dibatasi oleh sistem kultural.
Bahkan pada tingkat Bupati atau Walikota pun jarang, mungkin ada hanya sebagai kepala dinas atau kepala distrik, dan wanita mau memimpin Papua dinilai tabu dan tak pantas, padahal banyak wanita-wanita hebat di Papua.
Kini hal tabu tersebut mulai terpatahkan kala pemekaran terjadi di tanah Papua.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian telah meresmikan 3 Daerah Otonomi Baru (DOB) Papua pada Jumat (11/11/2022).
Tiga DOB Papua yang baru yang sudah diresmikan tersebut ialah Propinsi Papua Tengah, Propinsi Papua Selatan dan Propinsi Papua Pengunungan.
Propinsi Papua Tengah terdiri dari kabupaten Nabire (ibukota Propinsi), kabupaten Paniai, kabupaten Mimika, kabupaten Dogiyai, kabupaten Deiyai, kabupaten Intan Jaya, kabupaten Puncak dan kabupaten Puncak Jaya.