Mohon tunggu...
Erent Santoso
Erent Santoso Mohon Tunggu... profesional -

Do Small Things with Big Love

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jangan Beli Produk Makanan yang Gencar Promosi Pelecehan dan Kekerasan

18 Juli 2012   04:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:50 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Judul di atas seolah “lebay”dan tidak akan mungkin ada produk makanan yang melakukan promosi kekerasan besar-besaran.Namun tak perlu heran, itu fakta yang hampir setiap hari bisa ditemui di sela-sela acara televisi pada saat commercial breakatau saat jeda iklan pada berbagai acara.

Pelecehan terhadap orangtua dan kekerasan terhadap anak nampak begitu jelas untuk ditangkap,yang di kemas dalam bentuk tv commercial atau iklan tv dalam durasi 30 detik.

Tv commercial di gambarkan sekelompok anak-anak sedang bermain bola di sebelah rumah. Penggambaran (setting) mewakili kondisi anak-anak Indonesia umumnya yang sedang bermain bola di dekat rumah. Tiba-tiba tanpa sengaja ada seorang anak yang menendang bola terlalu keras sehingga bola melambung liar dan membentur kaca jendela. Pecahlah kaca jendela dengan menyisakan bekas kaca yang runcing dan menempel di kusen jendela. Beberapa anak terpaku melihat bola yang ditendang dan mengakibatkan pecahnya jendela rumah.

Seketika itu pemilik rumah muncul, seorang ibu-ibu atau nenek-nenek, dengan muka marah bertanya kepada anak-anak siapa yang menendang bola? Begitu entengnya, tanpa merasa bersalah, anak-anak itu tidak meminta maaf atas kesalahannya, namun justru berdalih sedang latihantante… secara spontanpun seluruh anak yang bermain kompak melakukan kamuflase dengan cara memperagakan olahraga klasik.

Apapun alasan kreatif dalam tv commercial ini,dan pesan apa yang dibangun untuk disampaikan ke masyarakat, yang terserap oleh audience jauh dari nilai-nilai kebaikan bagi pendidikan anak maupun masyarakat. Cerita yang tertangkap oleh audience adalah adanya segerombalan anak bengal yang sedang bermain bola. Anak-anak itu tergambar begitu masifnya dalam pengingkaran terhadap kesalahan yang dilakukan. Mereka berusaha menutupi kesalahan secara bersama-sama. Tak satupun dari segerombalan anak-anak itujujur mengakui atas kesalahan yang mereka perbuat.

Belum selesai di situ, segerombalan anak itu secara bersama-sama tertawa terbahak-bahak seolah berhasil ngerjain sang ibu-ibu atau nenek-nenek. Pelecehan anak-anak terhadap orang yang lebih tua tersampaikan dengan sempurna.

Memang hanya berupa cerita pendek, karena formatnya tv commercial, seolah tidak memberi banyak pengaruh terhadap audience.Namunyang perlu diingat, justru karena format tv commercial dan kebetualan produknya tergolong banyak duit, sehingga mampu membiaya airing di banyak tv dan dengan intensitas yang lumayan banyak, maka semakin mudahlah mengglontor informasi perilaku burukkedalam benakanak-anak Indonesia.

Tidak ada satu frame pun (satu detik gambar hidup terdiri dari 25 frame gambar tidak bergerak ) yang bisa diambil makna kebaikannya. Dalam etika film atau video, ketika menyampaikan konflik kebaikan dan keburukan selalu ada message kebaikan yang harus terkirim kepada audience. Visi kebaikanlah yang selalu menjadi pegangan  dan sebagai idealisme masyarakat film dalam berkarya, mengingat magnet film dalam mempengaruhi keputusan manusia sangat kuat. Oleh karenanyahampir tidak ada sebuah film berakhir dengan kemenangan penjahat. Kemenagan selalu dipihak yang baik.

Dalam tv commercial tersebut, perilaku buruk yang digambarkan, menendang ngawur, memecahkan kaca jendela, membuat orang marah, membohongi orangtua, mentertawakan orangtua, sama sekali takdinetralisir dengan frame kebaikan, atau hukuman bagi perbuatan buruk. Bahkan pada scene berikutnya sekelompok anak-anak itu seolah mendapat hadiah mie yang dimakan secara bersama-sama dari sang ibu (yang dilecehkan).

Masih belum melakukan netralisasi keburukan, pada scene ini justru ditambah dengan kekerasan pada anak. Ditengah-tengah gambar anak-anak  yang sedang makan mie,  terdapat gambar bola (animasi 3 D) yang dianalogikan sebagai mahkluk yang hidup. Bola tersebut agak kesal pada satu anak yang baru saja mengakui bahwa mie yang dia makan enak sekali. Cara bola melampiaskan kekesalannya dengan meluncurkan dirinya(bola) ke arah muka anak , seolah-olah bola tersebut ditendang dengan keras.

Lengkaplah sudah, berbagai keburukan dipertontonkan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Pada scene inipun tak ada frame yang bisa memberi alasan pembenaran terhadap perilaku baik, yang ada adalah memamerkan kekerasan pada anak. Sungguh mengherankan, mengekspose keburukan tanpa ada edukasi, sebab akibat kok di promosikan besar-besaran.

Lebih mengkawatirkan, tv commercial tersebut bisa tayang dimanapun dan pada jam berapapun, sepanjang memiliki dana yang cukup untuk membiayai placement.Dari kreatif tv commercial yang di bangun seperti ide cerita,setting lokasi, , talent yang digunakan, bisa diyakini target audience yang akan di raih adalah ibu-ibu rumahtangga dan anak-anak. Artinya, tv commercial yang menampilkan aneka macam keburukan itu akan memilih jam-jam tayang saat ibu-ibu dan anak-anak didepan tv.

Tontonan seperti diatas, banyak yang harus dipertanyakan, mulai dari kreatif yang merancang, pemilik produk, badan sensor, stasiun televisi yang menyiarkan, KPI atau masyarakat sendiri , bagaimana cara menyikapinya kok tidak jeli memantau promosi.

Daripada rumit berfikir, jangan-jangan malah digunakan sebagai promosi produk itu sendiri, untuk itu melalui tulisan ini lebih baik mengajak masyarakat sebanyak-banyaknya untuk “JANGAN BELI PRODUK ITU” sebelum mencopot sendiri tv commercial atau iklannya yang memamerkan pelecehan dan kekerasan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun