Mohon tunggu...
Erent Santoso
Erent Santoso Mohon Tunggu... profesional -

Do Small Things with Big Love

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Gus Lim Selamatkan PSSI dari Sanksi

17 Desember 2012   08:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:29 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Beruntung PSSI memliki Gus Lim walaupun terlambat kehadirannya sebagai Sekjend. Gus Lim yang muncul sejak mundurnya Sekjend PSSI Tri Goestoro, memiliki keberaniaan yang luar biasa. Orang seperti Gus lim memang layak mengawal PSSI, terutama saat konflik berkepanjangan seperti kondisi PSSI saat ini.

Serangan bertubi-tubi dari KPSI terhadap PSSI, mampu dihadapi dengan aneka strategi.Bisa jadi Nyala dedengkot KPSI, baru terasa dampaknya semenjak kehadiran Gus Lim dalam perseteruan sepakbola.

BentrokDerby Jatim antara Nyala dengan Gus Lim menjadi pertarungan gengsi yang membuat ketar-ketir insan bola Indonesia. Karena apabila perseteruan tak segera berakhir, sepakbola Indonesia tersungkur dalam jurang sanksi yang sudah lebar menganga.

Siapa sangka terhadap pemikiran dan strategi Gus Limyang berada di jalur yang berbeda dengan para cendekiawan bola, bahwa PSSI tak melanggar statuta dan Indonesia tak akan terkena sanksi. Berani memutuskan sikap kebenaran walaupun disisi lain banyak yang menghakimi dengan analisa seragam, yaitu PSSI telah melanggar MOU.

Bagi Gus Lim, lebih baik terkena sanksi dari pada melanggar statuta, karena masih ada lembaga terakhir yang dapat sebagai tempat pengaduan yaitu CAS.

Hari-hari menjelang tanggal 14 Desember 2012, seolah menjadi hari pengadilan bagi PSSI. Ketika hampir semua media beropini PSSI akan kolaps karena mendapat hukuman, demikian juga pemerintah seolah sudah yakin sepakbola tak akan terselamatkan, karena PSSI telah melanggar MOU yang dipersepsikan sebagai kitab suci FIFA yang tak boleh dilanggar.

Bahkan sempat di TV One menghadirkan seorang yang sangat berpengalaman di bidang sepakbola, Dali Tahir memberi wacana tentang pengalamannya. Segudang sepak terjang Dali Taher di dunia sepakbola tidak hanya di dalam negeri, namun telah 35 tahun berkecimpung di dunia dan di FIFA seperti yang disampaikan dalam Apa Kabar Indonesia Pagi, membeberkan bentuk-bentuk sanksi yang pernah menimpa Negara Brunei, Yunani, dsb-dsb.

Berdasarkan pengalamannya, Dali Tahir sangat yakin bahwa Indonesia akan memperoleh sanksi. Semua teori yang dimiliki dipaparkan dengan gamblang bahwa Indonesia akan mendapat hukuman terberat yaitu 3 tahun.

Pada intinya mulai dari masyarakat awam sampai manusia segudang pengalaman di sepakbola, dan mulai dari media kelas teri sampai media kelas kakap, dari pendekar sepakbola kelompok KPSI sampai pejabat sekelas Menteri, telah sepakat dalam satu persepsi Indonesia hampir pasti terkena sanksi.

Tapi bagi Gus Lim, Indonesia tak akan terkena sanksi. Keberanian Gus Lim menjadi sosok yang kokoh, kuat dalam pendirian, berani atas dasar kejujuran nurani dan cermat dalam memperhitungkan PSSI tidak akan kiamat.

Konsekuensi atas pendiriannya yang tak mau melanggar statuta, adalah terpaksa harus menyelenggarakan konggres hanya di sebuah loby hotel karena mendapat hambatan dari pemerintah melalui tangan polisi dengan cara menggembokpintu konggres.

Loby-loby internasional dilakukan dengan mencoba membeberkan kondisi sebenarnyasepakbola di Indonesia kepada tokoh-tokoh sepakbola internasional yang berpengaruh, agar FIFA tidak menjatuhkan sangsi.

Sebagai daya tawar, PSSI memohon kepada FIFA agar persoalan PSSI dibahas melalui forum AFC saja dan tidak melalui forum FIFA, usulan ini disampaikan oleh PSSI melalui siaran langsung dengan radio Elshinta saat 3 jam sebelum jatuhnya keputusan FIFA.

Akhirnya setelah waktupun tiba, keputusan FIFA tidak memberi sanksi kepada Indonesia. Persoalan PSSI diserahkan kepada AFC sebagai penengah sebagaimana usulan PSSI ketika bertemu FIFA. Semua opini pesimis tidak terbukti.Sekumpulan orang-orang berpengalam yang menjadi wakil Pemerintah yang diharapkan mampu berfikir visioner terhadap persoalan sepakbola nasional, ternyata tak secermat Gus Lim.

Dali Tahir, satu-satunya orang berpengalaman tentang seluk beluk FIFA ternyata tak secerdas Gus Lim yang selalu dianggap orang yang tak mengerti bola.

Terhadap persoalan bola di Indonesia, Gus Lim telah menunjukkan strateginya baik di lingkup nasional maupun internasional. Di lingkup nasional, telah berani membangun perlawanan atas sikap pemerintah dan kelompok KPSI yang memiliki modal besar serta jaringan yang menggurita. Sementara lingkup internasional, jelas hasilnya adalah terbebas dari sanksi walaupun hanya penguluran waktu.

Kepiawaian Gus Lim, masih mendapat tantangan yang berat, karena FIFA tetap berharap untuk penyatuan Liga. Padahal tuntutan itu merupakan persoalan yang paling utama dalam terjadinya konflik sepakbola Indonesia. Justru tuntutan FIFA menjadi kartu truf bagi KPSI agar PSSI tak berdaya. Keberhasilan PSSI meloby FIFA sekaligus menjadi senjata yang melemahkan daya tawar PSSI terhadap KPSI. Karena KPSI paling alergiberkompromi, hanya satu permintaannya, PSSI harus mati.

Agak sulit rupanya berharap terjadinya penyatuan dualism Liga bisa terwujud. Sikap KPSI yang sulit berbagi rugi dalam kesepakatan atau penginnya untung melulu ketika diajak bersatu, menjadi persoalan pelik yang tak mungkin bisa terselesaiakan.

Kini  Gus Lim menjadi tumpuan dalam menggoreng strateginya agar mampu menyatukan sepakbola Indonesia. Sulit ditebak langkah PSSI dalam menyelesaikan konflik sepakbola Indonenesia berikutnya. Melihat begitu berat tugas PSSI, kini masyarakat kembali pesimis apakah persoalan sepakbola akan berakhir dengan happy ending apa berakhir dengan sanksi?

Bila melihat usulan PSSI kepadaFIFA tentang langkah-langkah dalam penyelesaian konflik PSSI, dengan “Tiga Peta Jalan PSSI” yang disebut “Milestone of FA Indonesia” sebagaimana dituturkan oleh Gus Lim, memang cukup berat.

Gus Lim menyebutkan tiga point yang dimaksud adalah penyatuan liga, pengembalian Komite Eksekutif yang pernah diskors dan revisi statuta. Tiga point itu adalah sama dengan kesepakatan Kuala Lumpur20 September lalu.

Artinya sama halnya PSSI meminta kembali memilih langkah-langkah sebagaimana MOU yang pernah terbengkelai dan di batalkan oleh PSSI. Mungkinkah Peta Jalan yang diusulkan PSSI dapat terwujud? Rasa-rasanya tidak mungkin.

Tapi melihat kapasitas Gus Lim, dan “Tiga Peta Jalan” berisikan point yang disodorkan sendiri oleh PSSI terhadap FIFA, tentunya Gus Lim telah memiliki strategi yang jitu sebelum maju. Kecermatan dalam mengambil langkah di hari-hari menjelang tanggal 14 Desember, menjadi dasar keyakinan bahwa tiga point usulannya telah difikir secara cermat pula. Mudah-mudahan Gus Lim telah menyusun langkah jeli dan akurat yang mampu menyatukan Liga di Indonesia, sehingga Indonesia dapat terlepas dari konflik berkepanjangan, dan segera menyusun Peta Jalan menuju Prestasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun