Melihat perjuangan Timnas saat laga perdana melawan Laos, emosi seolah teraduk –adukantara gemas, bangga dan lemas. Target Timnas Indonesia untuk memetik angka penuh ketika melawan Laos ternyata tak mampu diraihnya atau lolos.
Sebuah pertarungan yang menegangkan dan membuat mata kita tak boleh terpejamkan sedetikpun.Ketegangan pemain timnas dalam berjuang, ikut terasakan oleh kita sebagai pendukung Timnas.Mengikuti jalannya pertandingan2 X 45 menit diperlukan kesiapan mental, karena gol terjadi silih berganti dan Timnas kita selalu dalam posisi tertinggal.
Drama perjuangan Timnas yang hampir menelan kekalahan dari Laos, terkadang tertekan, terkadang menyerang dan yang paling menegangkan saat tertinggal 2 – 1 dari Laos, seolah pupus sudah harapan Garuda. Namun saat – saat kritis akhirnyadatanglah peluangyang dimanfaatkan dengan baik oleh Vendry Mofusehingga memberi setitik harapan bagi Timnas Garuda dengan terciptanya gol ke dua untuk Indonesia.
Kali ini Timnas mendapat tantangan yang sejati, bukan lagi terror dan sabotase yang selama ini dirasakan di dalam negeri.Bentrok tidak lagi antar prinsip atau antar golongan, tapipertempuran sepakbola benar-benar nyata untuk saling menyerang dan menaklukkan  lawan di lapangan.Inilah perjuangan, rintangan dan tantangan tak pernah berhenti menghadang. Dan kali ini rintangan bukan siapa-siapa lagi yang menekan Timnas, bukan KPSI dan bukan pak Menteri, tetapipasukan dari negeri lawan yang harus di taklukan.
Posisi Indonesia dalam kondisi tersulit yang harus dilalui oleh Timnas Garuda. Walaupun masih ada harapan untuk menjadi duta grup dalam babak perempat final, namunbadai dan ombaksiap menghantam dalam upaya menggapai prestasi. Pertempuran sangat amat berat. Kehilangan satu penjaga gawang Endra Prasetya dalam dua kali pertandingan, merupakan beban yang serius yang harus diantisipasi, mengingat penjaga gawang Timnas tinggal Wahyu Tri seorang.
Belum lagi cederanya Hamdi Ramdan yang sampai sekarang belum ada berita apakah dapat dimainkan dipertandingan berikutnya atau tidak. Demikian juga dua kartu kuning masing-masing diterima oleh Tony Cussel dan Wahyu Wijiastanto merupakan ancaman yang dapat menggerogoti kekuatan Timnas apabila tidak hati-hati, mengingat perjalanan masih panjang.
Bila melihat semangat Timnas dilapangan, sejatinya cukup melegakan. Masih mampu berdiri dan terus berlari mengejar ketertinggalan dari lawan. Tak ada kata menyerah sebelum wasit meniup peluit panjang.
Hanya saja yang menjadi kekawatiran dan selalu menjadi momok disetiap pertandingan, adalah emosi pemain yang sering liar tak terkendali yang akhirnya berbuah kartu mati, merah maupun kuning.
Pada pertandingan mendatang, pembenahan dari segala segi baik persiapan fisik maupun strategi, pasti telah dipersiapkan oleh Coach Nil Maizar dan tim. Termasuk pula semoga setiap pemain selalu menjauh dari segala bentuk hukuman dari wasit berupa kartu kuning apalagi kartu merah.
Dalam sepakbola wasit menjadi penguasa tunggal dilapangan.Hukuman yang dijatuhkan hampir tak pernah ditangguhkan apalagi dibatalkan.Kendatipun panduan berstandard internasional menjadi pijakan, namun factor subyektifitas melekat disetiap keputusannya.
Oleh karenanya, semoga pemain Timnas Garuda selalu waspada terutama di arena bahaya. Mencoba bermain berani dengan sedikit menarik kaos pemain lawan di daerah penalti,terkadang wasit tidak mau peduli dan hukuman akan terjadi.
Tentunya menjadi harapan kita semua, semoga Timnas tak lagi menambah kesalahan-kesahalan yang tidak perlu namun sangat mengganggu bila mendapat kartu.Semoga kesalahan di hari yang lalu menjadi pemacu untuk mengukir kebanggan bagi negeri.
Garuda……..gapailah prestasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H